LAPORAN
PENELITIAN
UJI DAYA INGAT
TIKUS (Rattus rattus) DENGAN LABIRIN DELAPAN LENGAN
Disusun guna
memenuhi tugas akhir fisiologi hewan
Oleh:
FAKULTAS
MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS
NEGERI SEMARANG
2012
Daftar isi
Pendahuluan............................................................................................................................3
Tinjauan pustaka dan
hipotesis................................................................................................5
Metode penelitian ..................................................................................................................12
Hasil penelitian dan
pmbahaasan
...........................................................................................14
Simpulan dan saran..................................................................................................................25
Daftar pustaka..........................................................................................................................26
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Ada banyak perdebatan
mengenai perilaku pada hewan yang dikenal dengan konsep nature ( alami ) vs nurture
( belajar ). Namun kebanyakan ahli penganut behaviorism menyatakan
bahwa perilaku adalah sepenuhnya hasil dari pengaruh lingkungan (proses
belajar). Sesuai dengan hasil penelitian John B.Watson ( bapak behaviorism )
menunjukkan bahwa bayi-bayi keturunan penipu, perampok, pembunuh, dan pelacur
dapat tumbuh tanpa sarna sekali menunjukkan perilaku yang mirip dengan
orangtuanya apabila diasuh dalam lingkungan yang sarna sekali berbeda dengan
lingkungan orangtuanya. Sebaliknya, anak seorang pengusaha yang pintar dan
sukses dapat menjadi sangat bodoh dan tumbuh menjadi perampok apabila
dibesarkan dalam lingkungan yang buruk.
Dikuatkan juga oleh Cooper
dan Zubek (1945) yang mengembangkan pembiakan tikus bodoh dan tikus pintar.
Tikus pintar dan bodoh diasuh dalam kandang yang sama tetapi dengan kondisi
yang berbeda. Kandang pertama hanya berupa kandang biasa dan kandang kedua
merupakan kandang-kandang yang telah dimodifikasi dengan lorong-lorong kecil
dan benda-benda yang memiliki daya tarik visual sehingga dapat menstimulasi daya
tarik tikus. Dari hasil pembiakan itu, tikus bodoh tidak menunjukkan kesalahan
yang lebih besar dari pada tikus pintar apabila diasuh dalam kandang yang
dimodifikasi. Dan sebaliknya
tikus pintar menunjukkan kesalahan yang sama dengan tikus bodoh jika diasuh
dalam kandang yang biasa. Dapat disimpulkan bahwa perilaku sangat dipengaruhi
oleh proses belajar.
Belajar
merupakan proses yang didasarkan pada pengalaman sehingga mengubah sistem
syaraf dan perilaku. Perubahan yang terjadi pada sistem syaraf dan perilaku
tersebut dinamakan memori (ingatan). Proses belajar ini tidak hanya terjadi
pada manusia saja, tetapi juga pada hewan seperti tikus. Dengan belajar, hewan
mampu menemukan makanan ketika lapar, menghangatkan diri saat dingin, dan
mencari kelompok ketika sendiri.
Contoh belajar adalah proses mengingat tempat. Seperti pada manusia yang memiliki
kemampuan mengingat tempat, hewan juga memiliki kemampuan yang sama. Hewan dan
manusia keduanya memiliki memori ingatan, meskipun dengan kemampuan yang
berbeda.
Banyak percobaan tentang
daya ingat yang telah dilakukan oleh
banyak ahli, seperti contoh Olton. Olton telah melakukan banyak percobaan
mengenai kemampuan tikus mengingat tempat yang telah dilewati. Dalam beberapa kali percobaan , Olton
menggunakan labirin yang berbeda-beda jenisnya. Dan dari percobaan-percobaan
itu labirin delapan lengan menunjukkan hasil yang lebih signifikan untuk mengetahui
kemampuan daya ingat spasial pada tikus. Oleh karena itu, untuk mengetahui daya ingat spasial pada tikus, penelitian ini menggunakan labirin dengan
delapan lengan ukuran dan warna yang sama.
B.
Permasalahan
Berdasarkan
latar belakang di atas, dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut
a.
Bagaimana respon
yang ditunjukkan tikus terhadap labirin delapan lengan?
b.
Bagaimana
mekanisme mengingat tempat pada tikus?
C.
Tujuan Penelitian
Tujuan
diadakannya penelitian ini adalah:
a.
Mengetahui
respon yang ditunjukkan tikus terhadap labirin delapan lengan.
b.
Menjelaskan
mekanisme mengingat tempat pada tikus
D.
Manfaat Penelitian
Manfaat
penelitian ini:
a.
Memberikan
informasi peristiwa ingatan ditinjau secara fisiologis khususnya ingatan
spasial (ingatan mengenai tempat)
b. Memberikan alternatif media pembelajaran bagi siswa
pada materi sistem syaraf
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS
A.
Tinjauan Pustaka
1.
Ingatan
Ingatan adalah kemampuan untuk menghubungkan
pengalaman yang telah lalu, yang telah melekat pada jiwa individu dan
direproduksi pada masa sekarang. Secara lebih sederhana, Irwanto (1991)
mendefinisikan ingatan sebagai kemampuan untuk menyimpan informasi sehingga
dapat digunakan lagi dimasa mendatang. Secara fisiologis ingatan adalah hasil dari
perubahan kemampuan penjalaran sinaptik dari satu neuron ke neuron berikutnya,
sebagai aktivitas neural berikutnya. Perubahan ini kemudian membentuk
jaras-jaras baru atau jaras-jaras yang terfasilitasi untuk membentuk penjalaran
sinyal-sinyal melalui lintasan
neural otak. Jaras-jaras ini penting karena begitu ia menetap atau ada, maka akan diaktifkan oleh
benak pikiran untuk menimbulkan kembali ingatan.
Proses mengingat
meliputi tiga langkah, yaitu (1) registration,
yaitu informasi yang diterima diubah dalam bentuk kode penyimpanan pada bagian
ingatan jangka pendek, (2) storage,
yaitu penyimpanan ingatan dari ingatan jangka pendek ke ingatan jangka panjang,
dan (3) recall, yaitu mengenali atau
memanggil kembali informasi yang dibutuhkan dalam pencarian informasi. Sehingga
untuk mengingat sesuatu seseorang harus berhasil melaksanakan tiga hal, yaitu
(1) mendapatkan informasi, (2) menyimpan atau menahan informasi tersebut, dan
(3) mengeluarkannya.
Ingatan tidak
disimpai pada daerah atau struktur tertentu di dalam otak, melainkan di simpan
di banyak daerah dan struktur otak. Ingatan kelihatannya juga didistribusikan
secara berlebihan di daerah korteks.
2.
Jenis-jenis
Ingatan
Ingatan secara umum dibagi menjadi tiga, yaitu
2.1 Ingatan
Jangka Pendek
Adalah ingatan yang stimulusnya baru saja diterima.
Ingatan ini mampu bertahan selama beberapa detik sampai beberapa menit.
Gambar 1. Celah yang mungkin bagi potensiasi jangka
panjang
Agar ingatan jangka pendek dapat diubah menjadi
ingatan jangka panjang sehingga dapat dipanggil kembali beberapa minggu atau
beberapa tahun kemudian, maka ingatan tersebut harus mengalami konsolidasi.
Konsolidasi berarti dengan melalui berbagai cara, ingatan
seharusnya menimbulkan perubahan kimia, fisik, dan anatomis pada sinaps-sinaps
yang bertanggung jawab untuk ingatan tipe jangka panjang.
2.2 Ingatan Jangka Menengah
Ingatan yang
berlangsung selama bermenit-menit atau bahkan berminggu-minggu. Percobaan pada
hewan primitif menunjukkan bahwa ingatan jenis ini dapat merupakan hasil
perubahan fisik atau kimiawi yang bersifat sementara, atau keduanya, baik pada
ujung-ujung presinaptik atau pada membran post sinaptik.
2.3 Ingatan Jangka Panjang (Long
Term memory)
Ingatan ini disebabkan oleh terjadinya perubahan struktural pada sinaps-sinaps yang mempengaruhi mekanisme
persinyalan (perkuat atau menekan). Perubahan struktur ini meliputi:
a.
Peningkatan
tempat pelepasan vesikel untuk mensekresikan bahan-bahan transmitter
b.
Peningkatan
jumlah vesikel-vesikel transmitter yang dikeluarkan
c.
Peningkatan
jumlah terminal presinaps
d.
Perubahan
struktur spinalis dendritik yang membolehkan terjadinya transmisi sinyal yang
lebih kuat.
Perbedaan ingatan jangka panjang dan ingatan jangka
pendek secara singkat adalah
Tabel 1. Perbedaan antara
Ingatan Jangka Pendek dan Ingatan Jangka Panjang
Karakteristik
|
Ingatan jangka pendek
|
Ingatan jangka panjang
|
Waktu untuk penyimpanan setelah penerimaan informasi
baru
|
segera
|
Kemudian, terlebih dahulu harus ditransfer dari ingatan jangka pendek
melalui konsolidasi, ditingkatkan dengan latihan dan penggunaan kembali
informasi melalui mode jangka pendek
|
Kapasitas penyimpanan
|
terbatas
|
Sangat besar
|
Waktu pencarian informasi (mengingat)
|
Mengingat dengan cepat
|
Mengingat dengan lebih lambat kecuali ingatan yang melekat secara
menyeluruh, yang diingat dengan cepat
|
Ketidakmampuan untuk mengingat (melupakan)
|
Lupa secara permanen, ingatan menghilang dengan cepat jika tidak
dikonsolidasikan ke dalam memori jangka panjang
|
Biasanya hanya tidak dapat diakses sementara waktu, merupakan jejak
ingatan yang relative stabil
|
Mekanisme penyimpanan
|
Melibatkan modifikasi sementara dari pre-exixting sinaps, seperti
mengubah sejumlah pelepasan neurotransmiter
|
Melibatkan perubahan struktur dan fungsi yang relative permanen antara
keberadaan neuron, seperti pembentukan sinaps baru, sintesis protein baru
yang memainkan peran kunci
|
Selain itu ingatan juga
dapat digolongkan menjadi
1.
Ingatan deklaratif
Ingatan yang
dapat dinyatakan secara verbal, seperti ingatan tentang kejadian masa lalu
seseorang. Dapat juga
dikatakan sebagai ingatan terhadap berbagai detail pemikiran terintegerasi,
meliputi
a.
Ingatan
akan keadaan sekeliling
b.
Ingatan
akan hubungan waktu
c.
Ingatan
akan penyebab pengalaman
d.
Ingatan
akan makna pengalaman
e. Ingatan akan kesimpulan pengalaman yang tertinggal
dalam pemikiran seseorang.
2.
Ingatan non deklaratif
Ingatan yang
pembentukannya tidak bergantung pada bentukan oleh hipokampus. Ingatan ini
muncul untuk pengoperasian secara otomatis yang tidak membutukan usaha yang
disegaja oleh pembelajar untuk mengingat sesuatu, maupun masukan berupa fakta
atau pengalaman, namun ingatan ini mengontrol perilaku pembelajar.
3.
Tahapan
mengingat
Terdapat
3 tahapan dalam proses mengingat, yaitu
3.1 Registrasi
Proses
pengubahan informasi menjadi simbol-simbol atau
gelombang-gelombang listrik tertentu yang sesuai dengan peringkat yang ada pada
organisme.
a.
Registrasi
dalam Ingatan Jangka Pendek
Informasi
yang masuk melalui indera dan disimpan dalam ingatan sensori dapat dianggap
sebagai bahan mentah yang jumlahnya banyak sekali. Jumlah yang banyak itu akan
diseleksi menurut beberapa cara dalam control proceses (proses-proses
pengendalian). Pertama, informasi yang masuk akan dirujukkan ke gudang
informasi dalam ingatan jangka panjang. Pada ingatan jangka panjang, pola-pola
informasi yang masuk dibandingkan dengan pola-pola yang telah ada sebelumnya.
Dengan demikian, akan terpilih informasi
yang sudah dikenal atau yang mempunyai makna. Kedua, mekanisme lain yang
digunakan untuk menyeleksi informasi adalah attention (perhatian).
Perhatian ini menyaring informasi yang masuk ke dalam ingatan jangka pendek
sehingga hanya sebagian kecil yang boleh lewat.
b.
Registrasi
dalam Ingatan Jangka Panjang
Di
dalam proses registrasi, juga terjadi pengkodean. Pengkodean dalam ingatan
jangka panjang terbagi menjadi 2, yaitu : ingatan deklaratif (declarative
memory) dan ingatan nondeklaratif
(nondeclaratif memory).
3.2
Penyimpanan
Informasi
yang telah diubah akan dipertahankan pada tahap penyimpanan. Penyimpanan adalah
suatu proses mengendapkan atau menyimpan informasi yang diterima dalam suatu
tempat tertentu. Penyimpanan ini sudah sekaligus mencakup kategorisasi
informasi sehingga tempat informasi disimpan sesuai dengan kategorinya.
Penyimpanan informasi merupakan mekanisme penting dalam ingatan. Sistem
penyimpanan ini sangat mempengaruhi jenis ingatan yang akan diperagakan oleh
organisme.
a.
Penyimpanan dalam Ingatan Jangka Pendek
Kapasitas
dalam ingatan jangka pendek sangat terbatas untuk menyimpan sejumlah informasi
dalam jangka waktu tertentu. Sehingga bila tidak terjadi pengulangan, informasi
tersebut akan hilang.
b.
Penyimpanan dalam Ingatan Jangka Panjang
Kapasitas
ingatan jangka panjang sangat besar. Hal ini memungkinkan penyimpanan informasi
yang luar biasa banyaknya yang diperoleh sepanjang hidup organisme. Meskipun
demikian, ingatan masih bekerja sangat efisien yaitu dengan jalan mengorganisasikan
informasi yang diterima dari ingatan jangka pendek. Reorganisasi ini erat
hubungannya dengan proses retrieval atau proses mengingat kembali
informasi yang telah disimpan.
3.3 Pemanggilan Kembali
Proses mengingat
kembali merupakan suatu proses mencari dan menemukan informasi yang disimpan
dalam ingatan untuk digunakan kembali bila diperlukan
4.
Proses
Masukkan
Ingatan sensorik, seperti pengenalan singkat suatu
bunyi, berlalu cepat dan umumnya disimpan hanya sampai setengah detik saja.
Jika secara sadar disimpan dan diartikan, masukan sensorik ini dapat menjadi
ingatan jangka pendek untuk kurun waktu beberapa menit. Transfer dari ingatan
jangka pendek ke jangka panjang disebut konsolidasi dan membutuhkan perhatian
pengulangan, dan ide yang dapat menghubungkan.
Gambar 2. Skema
konsolidasi ingatan jangka pendek ke ingatan jangka panjang
5. Peran
Hipokampus dalam Ingatan
Hal-hal yang berasal dari ingatan jangka pendek dapat
diubah untuk disimpan menjadi ingatan jangka panjang oleh hipokampus.
Hipokampus merupakan bagian hipokampal bersama-sama dengan dentate gyrus.
Hipokampus berperan dalam proses penggabungan ingatan (memory consolidation). Yang dimaksud dengan konsolidasi ingatan
yaitu perubahan secara fisik, psikologis yang berlangsung terus menerus selama
terjadinya organisasi otak dan informasi ulang yang dapat merupakan bagian dari
ingatan permanen. Setelah sebagian informasi masuk ke dalam ingatan jangka
panjang, sebagian lagi masih dalam proses transformasi, mungkin sebagian lagi
terlupakan sebelum informasi tersebut disimpan secara menetap.
Hipokampus bukan merupakan tempat penyimpanan ingatan
yang permanen, oleh karena itu kerusakan pada hipokampus menyebabkan ingatan
yang ada sebelum terjadinya kerusakan hipokampus masih tersedia, sedangkan
ingatan yang baru terjadi atau belum
tersimpan setelah terjadi kerusakan hipokampus akan mengalami gangguan.
Sehingga hipokampus mengalami kehilangan kaapasitas pembentukan ingatan jangka
panjang yang baru, sedangkan ingatan jangka pendek tidak terganggu.
Secara lebih spesifik, hipokampus juga memiliki
peranan penting ingatan spasial, yaitu ingatan yang berkaitan dengan navigasi.
Sebagai contoh, ingatan mengenai tempat seseorang meletakkan kunci, ingatan
tentang tempat yang baru dikunjungi, dst. Di dalam hippocampus terdapat place cells yang merupakan neuron-neuron
yang menjadi aktif ketika seseorang berada pada lokasi tertentu. Yang secara
tidak langsung menyatakan bahwa di dalam hipokampus terdapat jaringan neural
yang membuat jaras yang menghubungkan stimulus satu dengan lainnya dalam
lingkungan, jaringan ini juga menerima informasi mengenai pergerakan yang
dilakukan oleh seseorang. Place cells pada hipokampus dipandu oleh stimulus
visual, sebab daerah penerimaan sel ini berubah ketika objek di luar lingkungan
berubah. Hipokampus memegang peranan dalam konsolidasi ingatan, hasil
investigasi menunjukkan bahwa hipokampus terlibat dalam dalam konsolidasi
ingatan spasial dalam waktu yang terbatas, dan hasil dari kegiatan ini membantu
dalam membentuk ingatan pada korteks serebral.
B.
Hipotesis
Setelah tikus
diberikan pelatihan dengan labirin delapan lengan, kemampuan tikus dalam
mengingat tempat meningkat. Penelitian ini dikatakan berhasil apabila
prosentase tikus memasuki lengan yang benar (2,4,5) adalah ≥70%.
BAB III
METODE PENELITIAN
A.
Metode
Subjek.
Subjek penelitian ini adalah seekor tikus putih yang berumur 2 minggu.
Alat.
Alat utama yang digunakan pada penelitian ini adalah labirin delapan lengan,
dengan panjang lengan 76 cm, tinggi 14, lebar 4cm. Lingkaran pusat labirin
berdiameter 15 cm dengan tinggi 20 cm, sedangkan lingkaran yang ada di ujung
labirin berdiameter 10 cm dan tinggi 4 cm. Keseluruhan labirin terbuat dari
kertas karton setebal 2 mm, dan diletakkan di atas lantai pada saat percobaan.
Alat-alat pendukung penelitian antara lain: kamera perekam, tabel pengamatan,
alat tulis.
Bahan.
Bahan yang digunakan sebagai pengumpan tikus adalah makanan, yang akan
diletakkan pada beberapa lengan yang ditentukan.
B.
Prosedur
1.
Persiapan
penelitian
a.
Melakukan studi
pustaka guna mencari rancangan percobaan yang sesuai.
b.
Menentukan dan
membuat rancangan percobaan.
c.
Mempersiapkan
alat dan bahan yang diperlukan.
d.
Membuat miniatur
alat dengan skala.
e.
Menyusun alat
(labirin delapan lengan) yang sesuai dengan ukuran tikus.
f.
Menentukan
makanan favorit tikus dengan melakukan percobaan yang sesuai.
2.
Pelaksanaan
penelitian
Sebelum di adakannya penelitian, tikus dibuat dalam
keadaan lapar, dengan tidak memberikan makanan selama setengah hari.
Eksplorasi. Tikus diberi waktu 5 menit menjelajahi seluruh
lengan sebelum pengamnilan data dilakukan.
Tahap pilihan
bebas. Setiap harinya, tikus
diletakkan dalam labirin selama 15 menit dengan pengulangan 3 kali. Lengan 2,
4, dan 5 difasilitasi dengan makanan (ukuran kira-kira 3x3mm). Setiap kali
tikus telah mengambil makanan, peneliti akan meletakkan makanan lagi di tempat
tersebut tepat setelah tikus meninggalkann tempat itu. Kemudian tikus diijinkan
untuk memasuki kembali lengan yang telah ia ambil makanannya.
C.
Analisis Data
Analisis data dilakukan secara
deskriptif. Data yang diambil berupa nomor labirin yang dimasuki oleh tikus
untuk mengetahui seberapa sering tikus mengunjungi labirin tertentu , serta
data waktu yang menunjukkan tikus memasuki lengan tersebut, yang akan dilakukan
untuk mengetahui sejauh mana perkembangan ingatan tikus.
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A.
Data Pengamatan
Tabel 2. Pengamatan
lengan yang dikunjungi tikus pada t sekon.
Tahap
Eksplorasi
|
|||||||||||
Labirin
|
T
|
Selisih waktu
|
|||||||||
6
|
00.06
|
6
|
|||||||||
5
|
01.19
|
73
|
|||||||||
2
|
01.52
|
33
|
|||||||||
8
|
02.11
|
19
|
|||||||||
6
|
03.21
|
70
|
|||||||||
1
|
03.49
|
28
|
|||||||||
7
|
04.34
|
45
|
|||||||||
Tahap Pilihan
Bebas
|
|||||||||||
Hari ke-
|
Sesi
ke-
|
||||||||||
1
|
2
|
3
|
|||||||||
Labirin
|
t
|
Selisih Waktu (s)
|
Labirin
|
T
|
Selisih Waktu (s)
|
Labirin
|
t
|
Selisih Waktu (s)
|
|||
1
|
4
|
04.01
|
241
|
1
|
00.23
|
23
|
2
|
00.17
|
17
|
||
7
|
07.36
|
215
|
5
|
00.47
|
24
|
|
|
|
|||
3
|
07.58
|
62
|
5
|
02.30
|
103
|
|
|
|
|||
8
|
11.57
|
79
|
2
|
03.13
|
43
|
|
|
|
|||
4
|
12.42
|
165
|
4
|
03.57
|
44
|
|
|
|
|||
4
|
14.50
|
126
|
6
|
04.43
|
46
|
|
|
|
|||
|
|
|
1
|
04.58
|
15
|
|
|
|
|||
|
|
|
5
|
05.23
|
25
|
|
|
|
|||
|
|
|
3
|
05.43
|
20
|
|
|
|
|||
|
|
|
8
|
05.53
|
10
|
|
|
|
|||
|
|
|
6
|
06.04
|
11
|
|
|
|
|||
|
|
|
4
|
06.14
|
10
|
|
|
|
|||
|
|
|
1
|
07.09
|
55
|
|
|
|
|||
|
|
|
3
|
07.25
|
16
|
|
|
|
|||
|
|
|
5
|
07.49
|
24
|
|
|
|
|||
|
|
|
8
|
08.30
|
41
|
|
|
|
|||
|
|
|
6
|
08.40
|
10
|
|
|
|
|||
|
|
|
4
|
08.53
|
13
|
|
|
|
|||
|
|
|
1
|
09.30
|
37
|
|
|
|
|||
|
|
|
3
|
09.53
|
23
|
|
|
|
|||
|
|
|
5
|
10.13
|
20
|
|
|
|
|||
|
|
|
8
|
11.23
|
70
|
|
|
|
|||
|
|
|
8
|
11.45
|
22
|
|
|
|
|||
|
|
|
4
|
11.59
|
14
|
|
|
|
|||
|
|
|
1
|
13.28
|
89
|
|
|
|
|||
|
|
|
6
|
13.51
|
23
|
|
|
|
|||
|
|
|
3
|
14.22
|
31
|
|
|
|
|||
|
|
|
1
|
14.55
|
33
|
|
|
|
|||
2
|
5
|
00.20
|
20
|
6
|
00.04
|
4
|
7
|
00.08
|
8
|
||
7
|
01.43
|
83
|
8
|
00.17
|
13
|
5
|
00.22
|
14
|
|||
2
|
02.10
|
27
|
5
|
00.41
|
24
|
6
|
00.37
|
15
|
|||
7
|
04.32
|
142
|
2
|
01.18
|
37
|
4
|
00.43
|
6
|
|||
1
|
04.46
|
14
|
6
|
01.44
|
26
|
2
|
01.07
|
24
|
|||
5
|
05.02
|
16
|
4
|
02.07
|
23
|
5
|
01.38
|
31
|
|||
3
|
06.22
|
80
|
8
|
02.26
|
19
|
5
|
02.39
|
61
|
|||
4
|
07.15
|
53
|
5
|
02.34
|
8
|
4
|
03.07
|
28
|
|||
6
|
08.55
|
100
|
7
|
03.15
|
41
|
3
|
03.56
|
49
|
|||
4
|
09.28
|
33
|
5
|
03.23
|
68
|
5
|
04.04
|
8
|
|||
1
|
09.57
|
29
|
3
|
03.59
|
36
|
4
|
04.22
|
18
|
|||
5
|
10.20
|
23
|
6
|
04.13
|
14
|
5
|
04.48
|
26
|
|||
1
|
12.27
|
127
|
1
|
04.36
|
23
|
6
|
05.15
|
27
|
|||
8
|
12.42
|
15
|
5
|
04.53
|
17
|
4
|
05.21
|
6
|
|||
2
|
12.58
|
16
|
6
|
05.42
|
49
|
5
|
05.51
|
30
|
|||
|
|
|
8
|
05.58
|
16
|
5
|
06.16
|
25
|
|||
|
|
|
4
|
06.10
|
12
|
4
|
06.46
|
30
|
|||
|
|
|
6
|
06.38
|
28
|
5
|
07.11
|
25
|
|||
|
|
|
2
|
06.57
|
19
|
4
|
08.17
|
66
|
|||
|
|
|
5
|
07.19
|
22
|
5
|
08.28
|
11
|
|||
|
|
|
3
|
08.27
|
68
|
4
|
08.53
|
81
|
|||
|
|
|
5
|
08.36
|
9
|
5
|
09.04
|
11
|
|||
|
|
|
1
|
09.27
|
51
|
4
|
09.40
|
36
|
|||
|
|
|
5
|
09.36
|
9
|
5
|
10.00
|
20
|
|||
|
|
|
6
|
09.55
|
19
|
4
|
10.42
|
42
|
|||
|
|
|
4
|
10.03
|
8
|
5
|
11.00
|
18
|
|||
|
|
|
5
|
10.37
|
34
|
4
|
11.15
|
15
|
|||
|
|
|
7
|
11.37
|
60
|
5
|
11.36
|
21
|
|||
|
|
|
5
|
11.54
|
17
|
4
|
12.00
|
24
|
|||
|
|
|
4
|
12.16
|
22
|
5
|
12.57
|
57
|
|||
|
|
|
5
|
13.24
|
8
|
4
|
13.39
|
42
|
|||
|
|
|
3
|
13.53
|
29
|
3
|
14.29
|
50
|
|||
|
|
|
5
|
14.03
|
10
|
5
|
14.45
|
16
|
|||
|
|
|
8
|
14.05
|
2
|
|
|
|
|||
|
|
|
5
|
14.56
|
51
|
|
|
|
|||
B.
Analisis dan Pembahasan
Pada
percobaan uji daya ingat tikus dengan labirin delapan lengan, dilakukan dua
tahapan utama yaitu tahap eksplorasi dan tahap pilihan bebas. Tahap eksplorasi
bertujuan sebagai pengenalan lokasi agar tikus mudah beradaptasi dengan lingkungan
eksperimen. Pada tahap ini, tidak diberikan hadiah dalam bentuk apapun. Tahap
pilihan bebas memiliki durasi 15 menit untuk tiap sesinya. Pada tahap ini,
beberapa lengan yaitu lengan 2, 4 dan 5 diletakkan hadiah berupa makanan pada
ujung lengan.
Tabel 3. Persentase
Kunjungan Tikus
No
|
Sesi
|
Prosentase
Kunjungan Lengan (%)
|
% pilihan
benar
|
|||||||
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
6
|
7
|
8
|
|||
1
|
Hari 1 Ulangan1
|
0
|
0
|
16,67
|
50
|
0
|
0
|
16,67
|
16,67
|
50
|
2
|
Hari 1 sesi 2
|
21,43
|
3,57
|
14,28
|
14,28
|
17,86
|
14,28
|
0
|
14,28
|
35,57
|
3
|
Hari 1 sesi 3
|
0
|
100
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
100
|
4
|
Hari 2 sesi1
|
20
|
13,33
|
6,67
|
13,33
|
20
|
6,67
|
13,33
|
6,67
|
46,6
|
5
|
Hari 2 sesi 2
|
5,71
|
5,71
|
8,57
|
11,43
|
34,29
|
17,14
|
5,71
|
11,43
|
51,31
|
6
|
Hari 2 sesi 3
|
0
|
3,03
|
6,06
|
36,36
|
45,45
|
6,06
|
3,03
|
0
|
84,78
|
Respon Tikus
terhadap Labirin Delapan Lengan
Pada
hari pertama penelitian, tikus diberi waktu 5 menit untuk melakukan tahap
eksplorasi. Dalam waktu 5 menit tikus dapat mengeksplorasi 6 lengan, yaitu
lengan nomor, 1, 2, 5, 6, 7, dan 8 dari 7 pilihan yang dilakukan. Secara
berurutan tikus mengunjungi labirin nomor 6, waktu yang dibutuhkan untuk
memilih memasuki labirin nomor 6 adalah 6 detik sejak tikus dimasukkan ke dalam
labirin, kemudian menuju ke labirin nomor 5 ( 73 detik), labirin nomor 2 ( 33
detik), labirin nomor 8 ( 19 detik), labirin nomor 6 ( 70 detik), labirin nomor
1 ( 28 detik), dan yang terakhir adalah labirin nomor 7 ( 45 detik).
Pada
tahapan ini tikus terlihat ragu-ragu untuk memasuki lengan, dan hanya
berkeliling di dalam lingkaran pusat. Ketika tikus memutuskan untuk memasuki
sebuah lengan, tikus berlari menuju ujung lengan kemudian tikus berkeliling di
dalam lingkaran di ujung lengan, dan pada beberapa lengan, yaitu lengan nomor 4
dan 3, tikus tidak berlari menuju ujung lengan, melainkan kembali ke lingkaran
pusat. Ketika kembali memasuki lingkaran pusat, tikus membutuhkan waktu untuk
memilih lengan untuk dimasuki, sebelum memasuki lengan berikutnya, tikus
terlihat mencium dinding di sekitar pintu lengan.
Setelah
melalui tahap eksplorasi, dalam jeda waktu beberapa menit, segera dilakukan
pengambilan data untuk 15 menit pertama. Tikus kembali diletakkan ke dalam
lingkaran pusat. Tikus tampak ragu-ragu, mengendus setiap pintu lengan, dan
berlama-lama di lingkaran pusat. Tikus belum menyadari keberadaan makanan,
sehingga belum termotivasi untuk bergerak memasuki lengan-lengan.
Setelah
detik ke-241, tikus memutuskan untuk berjalan memasuki lengan 4 dan di ujung
lengan tersebut, tikus mendapati adanya makanan, dan mengambil makanan tersebut
di bawa ke lingkaran pusat. Tikus memakan makanan di dalam lingkaran pusat.
Selang 215 detik setelah keluar dari lengan 4 tadi, tikus kembali bergerak
memasuki lengan 7. Di lengan 7, tikus tidak mendapati makanan, namun masih
berusaha untuk mengendus-endus. Yakin tidak ada makanan di lengan 7, 62 detik
kemudian tikus bergerak memasuki ujung lengan 3.
Di
ujung lengan 3 juga tidak terdapat makanan, dalam selang waktu yang hampir
sama, yaitu 79 detik, tikus telah memasuki lengan 8 yang juga tidak terdapat
makanan. Butuh waktu yang cukup lama bagi tikus untuk beranjak dari lengan 8,
setelah tiga kali berturut-turut tikus tidak memperoleh makanan. Tikus berhasil
sampai di ujung lengan 4 sekitar 165 detik setelah mulai beranjak dari lengan
8. Dan di lengan 4 tersebut, tikus memperoleh makanan kembali yang seperti
biasa, makanan itu akan dibawa ke lingkaran pusat untuk dimakan. Sesudah
menghabiskan makanannya selama 126 detik, tikus kembali memasuki lengan 4 dan
memperoleh makananannya lagi. 10 detik setelah itu, sesi pertama ini selesai
sehingga total dalam 15 menit tikus telah memasuki lengan sebanyak 6 kali.
Sesi
kedua untuk hari 1 dilakukan sekitar beberapa jam setelah sesi pertama atas
pertimbangan tingkat kekenyangan tikus. Pada sesi ini, tikus tangkas dalam
bergerak. Hanya 23 detik setelah dilepaskan di lingkaran pusat, tikus berhasil
memasuki lengan 1, mengendus sedikit untuk memastikan keberadaan makanan
(kenyataannya, dalam seluruh percobaan ini, lengan yang senantiasa berisi
makanan adalah lengan 2,4, dan 5).
Dalam
waktu relatif singkat, yakni 24 detik, tikus berhasil memasuki salah satu
lengan yang berisi makanan yaitu lengan 5. Kebiasaan membawa makanan untuk
dimakan di lingkaran pusat masih berlanjut. Cukup lama tikus berada di
lingkaran pusat tersebut, mulai dari kegiatan makan hingga pengendusan lokasi
selama 103 detik dan akhirnya tikus kembali memasuki lengan 5. Selanjutnya,
tikus memasuki lengan 2,4, dan 6 dalam waktu relatif seragam, yaitu 43,44, dan
46.
Tikus
tampaknya menyadari keberadaan makanan pada beberapa lengan tertentu, karena
gerak tikus semkin cepat ketika mendapati lengan yang dikunjunginya tidak
terdapat makanan, setelah memasuki lengan 6 yang tidak ada makanan, dalam waktu
15 detik, tikus sudah berpindah ke lengan 1 yang juga tanpa makanan.
Setelah
25 detik, tikus berhasil menemukan lengan berisi makanan yaitu lengan 5 dan
saat itu, makanan langsung dimakan di tempat sebagai penghematan waktu. Tikus
mulai bergerak lagi setelah 20 detik menuju lengan 3, 10 detik kemudian ke
lengan 8, 11 detik lagi ke lengan 6, dan ssegera berpindah ke lengan berikutnya
(4) dalam selang waktu yang lebih singkat, yaitu 10 detik. Lengan 3, 8, dan 6
merupakan lengan yang didalamnya tidak terdapat makanan. Oleh karena fakta
tersebut, dapat dikatakan bahwa tikus setidaknya menyadari kalau lengan yang
dikunjunginya tidak berisi makanan, pasti ada lengan lain yang berisi makanan,
dan tikus harus melakukannya tanpa membuang banyak waktu.
Total
ada 28 lengan yang dikunjungi pada sesi kedua ini selama 15 menit, dan
sekiranya terdapat semacam pola yang dilalui tikus meskipun tidak tepat
berpola. Mulai kunjungan ke lima, yaitu 461,538,641,358,641,358,8, 416, 631.
Jika diamati, terdapat 2 pola yang rentan muncul yaitu kombinasi 4,6,1 dan
kombinasi 3, 5, 8 meskipun kombinasi tersebut dapat bermacam-macam (461,416,
dan 641 atau 538 dan 358).
Pada
sesi ke tiga hari 1, selama 15 menit, tikus hanya memilih dan memasuki lengan 2
setelah sebelumnya terlihat ragu-ragu untuk memilih lengan. Tikus memakan
makanan pada ujung lengan nomor 2 setelah itu tinggal diam di ujung lengan
sambil sesekali berkeliling di dalam lingkaran yang digunakan sebagai ujung
lengan. kenyang
Hasil
percobaan sesi pertama hari ke 2 adalah sebagai berikut: secara berturut-turut
tikus memasuki lengan nomor 5, 7, 2, 7, 1, 5, 3, 4, 6, 4, 1, 5, 1, 8, 2. Untuk
memasuki lengan nomor 5 tikus membutuhkan waktu 20, setelah sebelumnya terlihat
ragu untuk memasuki lengan-lengan labirin. Selanjutnya tikus memasuki lengan
nomor 7 dan membutuhkan waktu 83 detik, di hitung mulai saat tikus mencapai
ujung lengan nomor 5 sampai saat tikus mencapai ujung lengan nomor 7. Selama 83
detik, tikus menggunakanny untuk memakan habis makanan yang disediakan di ujung
lengan labirin nomor 5, untuk berkeliling di ujung lengan, dan untuk memasuki lengan
berikutnya. Sama seperti sebelumnya tikus masih terlihat ragu-ragu untuk
memasuki sebuah lengan.
Berikutnya
tikus memasuki lengan nomor 2, waktu yang dibutuhkan untuk mencapai ujung
lengan nomor 2 adalah 27 detik,
dilanjutkan dengan termasukinya lengan nomor 7 oleh tikus dan membutuhkan waktu
142 detik untuk mencapai ujung lengan nomor 7 tersebut. Begitu pula untuk
lengan-lengan selanjutnya yang dimasuki oleh tikus, yaitu lengan nomor 1(14 detik), nomor 5 (16 detik),
nomor 3 (80 detik),nomor 4 (53 detik), nomor 6(100 detik), nomor 4(33 detik),
lengan nomo 1(29 detik), nomor 5 (23 detik), nomor 1(127detik), nomor 8 (15
detik), dan nomor 2 (16 detik). Waktu yang digunakan bagi tikus untuk memasuki
sebuah lengan sangat bervariasi, namun secara keseluruhan tikus memperlihatkan
peningkatan kemampuan untuk menemukan lengan yang berisi hadiah, ini
ditunjukkan dengan semakin meningkatnya persentase pilihan yang benar berupa
memasuki lengan-lengan yang berisi makanan.
Percobaan
sesi ke 2 hari kedua, hasil yang di dapat adalah tikus secara berturut-turut
memasuki lengan nomor 6, 8, 5, 2, 6, 4, 8, 5, 7, 5, 3, 6, 1, 5, 6, 8, 4, 6, 2,
5, 3, 5, 1, 5, 6, 4, 5, 7, 5, 4, 5, 3, 5, 8, dan 5. Terlihat bahwa tikus
bertambah aktif pada ulangan ke dua ini yang ditunjukkan dengan semakin
banyaknya pilihan yang dibuat oleh tikus, sekaligus berlaku lebih efektif dalam
mengumpulkan makanan, yang ditunjukkan dengan meningkatnya persentase pilihan
benar yang dilakukan tikus, yaitu sebesar 51,43%. Keberhasilan 51,43 % tersebut
merupakan akumulasi keberhasilan dari lengan 2 , 4, 5. Pada lengan no 2 tikus
memiliki persentase keberhasilan sebanyak 5,71%, pada lengan no 4 tikus memilik
persentase keberhasilan 11,43% dan pada lengan no 5 tingkat keberhasilan
34,29%. Adapun waktu yang diperlukan
tikus untuk mencapai ujung tiap lengan yang dimasuki adalah 6 (4 detik), 8 (13
detik), 5 (24 detik), 2 (37 detik), 6 (26 detik ), 4 (23 detik), 8 (19 detik),
5 (8 detik), 7 (41 detik), 5 (68 detik),
3 (36 detik), 6(14 detik), 1(23 detik), 5 (17 detik ), 6 (49 detik ), 8(16
detik), 4 (12 detik ), 6( 28 detik ), 2 (19 detk ), 5 (22 detik ), 3(68 detik
), 5( 9 detik ), 1(51 detik), 5(9 detik), 6(19 detik ), 4( 8 detik ), 5
(34detik), 7( 60 detik ), 5 (17 detik), 4 (22 detik), 5( 8 deti ), 3( 29 detik),
5(10 detik), 8(2 detik), dan 5( 51 detik).
Di
sesi kedua, tikus memasuki 33 lengan selama 15 menit. Lengan pertama yang
dikunjungi adalah lengan 7, tanpa makanan. Hanya dalam tempo 14 detik, tikus
berpindah ke lengan lainnya, yakni lengan 5 dan di sana tikus memperoleh
makanannya. Tikus bergerak dan sampai di ujung lengan 6 setelah 15 detik. Tikus
beranjak dari lengan 6 menuju lengan 4, di situ tikus memperoleh makanan
kembali. Dari lengan 4, tikus secara tepat dapat memasuki lengan 2 yang juga
berisi makanan. Kemampuan tikus dalam mengunjungi lengn berisi makanan telah
meningkat.
Tikus
tampaknya menyadari keberadaan makanan berada pada dua lengan yang berdekatan,
yaitu lengan 4 dan 5, terlihat dari pola/jalur yang dilalui tikus berada di
sekitaran lengan 4 dan 5 yaitu 5543545645 54 54 54 54 54 54 54 54 54 35.
Sehingga, prosentase kunjungan lengan secara berturutan pada sesi ini adalah
0%, 3,03%, 6,06%, 36,36%, 45,45%, 6,06%, 3,03% dan 0%.
Jika
kita rekapitulasi setiap lengan, akan kita dapatkan hasil sebagai berikut:
·
Kunjungan ke
lengan 1 selama enam sesi berturut-turut: 0%; 21,43%; 0%; 20%; 5,71% dan 0%.
Lengan 1 hanya mendapatkan sedikit kunjungan dari tikus. Bahkan dari 6 sesi, 3
sesi diantaranya sama sekali tidak dikunjungi tikus.
·
Kunjungan ke
lengan 2 selama enam sesi berturut-turut: 0%; 3,57%; 100%; 13,33%; 5,71%; dan
3,03%. Kunjungan di lengan 2 termasuk jarang, kecuali pada sesi 3, 100% tikus
mengunjungi lengan ini. Namun sebagai catatan, pada sesi tersebut, selama 15
menit tikus memang diam di lengan, tidak beranjak.
·
Kunjungan ke
lengan 3 selama enam sesi berturut-turut: 16,67%; 14,28%; 0%; 6,67%; 8,57%; dan
6,06%. Semakin ke belakang, tikus semakin jarang mengunjungi lengan yang tidak
berisi makanan, seperti lengan 3 ini.
·
Kunjungan ke
lengan 4 selama enam sesi berturut-turut: 50%; 14,28%; 0%; 13,33%; 11,43% dan
36,36%.
·
Kunjungan ke
lengan 5 selama enam sesi berturut-turut: 0%; 17,86%; 0%; 20%; 34,29%; dan
45,45%. Hal yang sebaliknya terjadi pada lengan yang berisi makanan. Semakin ke
belakang, tikus semakin sering mengunjungi lengan yang berisi makanan.
·
Kunjungan ke
lengan 6 selama enam sesi berturut-turut: 0%; 14,28%; 0%; 6,67%; 17,14% dan
6,06%.
·
Kunjungan ke
lengan 7 selama enam sesi berturut-turut: 16,67%; 0%; 0%; 13,33%; 5,71%; dan
3,03%.
·
Kunjungan ke
lengan 8 selama enam sesi berturut-turut: 16,67%; 14,28%; 0%; 6,67%; 11,43% dan
0%.
Dalam
setiap sesi, kunjungan pada lengan 2, 4,
dan 5 akan dijumlahkan dan dibuat prosentasenya sebagai % pilihan benar. Sesi
pertama hari pertama, 50% dari 6 kunjungan lengan tikus merupakan kunjungan
yang benar. Sesi kedua hari pertama, dari 28 kunjungan, sebanyak 35,57% adalah
kunjungan yang benar. Sesi pertama dan sesi kedua ini masih dibawah indikator
kunjungan benar yang ditetapkan, yaitu 70%.
Pada
sesi ke tiga hari pertama, kunjungan yang benar jika diprosentasikan sebesar
100% dari 1 kunjungan. Kunjungan benar sesi ini jika dilihat dari prosentasinya
sekilas mengindikasikan bahwa percobaan sudah berhasil, tetapi apabila dilihat
dari jumlah kunjungannya, diragukan. Selama 15 menit, tikus hanya berkutat di
lingkaran ujung lengan 2. Beberapa kemungkinan yang melaterbelakangi perilaku
tikus saat itu: 1) tikus kenyang, 2) tikus lelah dan jenuh, 3) tikus menganggap
dari pengalaman sebelumnya, saat dia kembali ke lengan benar, dia akan
memperoleh makanan. dengan anggapan tersebut, tikus berpikir bahwa jika di diam
di lengan “benar” tersebut, dia tetap akan memperoleh makanan.
Hari
ke dua percobaan, sesi pertama, kunjungan yang benar dari tikus adalah 46, 6%
dari total 15 kunjungan. Hasil ini terus meningkat di sesi kedua, yaitu 51, 31%
dari total 35 kunjungan lengan. Meskipun demikian, belum dapat dikatakan
berhasil karena masih di bawah indikator. Oleh karenanya, sesi dilanjutkan
lagi. Pada sesi ketiga ini, dari 33 kunjungan lengan, kunjungan yang benar
(total dari kunjungan lengan 2,4,5) mencapai 84, 78%. Demikian, percobaan ini
dapat dikatakan berhasil.
Mekanisme Mengingat pada Tikus
|
|
||||||
|
Stimulus
berupa makanan akan mengaktivasi sirkuit neural yang mendeteksi kehadiran
stimulus tersebut. Sirkuit neural selanjutnya akan mengontrol perilaku tertentu
dari hewan sebagai respon dari stimulus yang ditangkap. Respon tersebut dalam
hal ini adalah perilaku memasuki lengan-lengan labirin. Ketika tikus memasuki
lengan labirin yang benar (lengan2, 4, dan 5), dia akan mendapatkan makanan. Pemerolehan
makanan ini selanjutnya akan berfungsi sebagai stimulus penguatan bagi sistem
penguatan memori tikus untuk semakin mengontol perilaku tikus, dapat berupa
penyempitan area lengan yang harus dijelajahi, atau pengunjungan tikus pada
lengan tertentu secara lebih sering. Proses perubahan perilaku tersebut dapat
dijelaskan pada tabel prosentase kunjungan tikus. Pada sesi terakhir (no 6),
jika dibandingkan dengan beberapa sesi sebelumnya (no 4 dan 5), terjadi
penyempitan area lengan yang dikunjungi, yakni lengan 1 dan 8 di”eliminasi”
oleh tikus sehingga tidak lagi dikunjungi.
Selain
stimulus makanan, stimulus visual berupa situasi eksternal dan internal
lingkungan labirin juga mempengaruhi ingatan tikus. Stimulus akan mengakibatkan
terbentuknya sinaps-sinaps baru, mengenai lokasi lengan yang berisi makanan. Tikus
dapat mengingat tempat karena di bagian hippocampal-nya terdapat “place cells” yaitu suatu neuron-neuron
yang menjadi aktif ketika hewan berada lokasi tertentu. Ketika tikus
mengeksplorasi labirin delapan lengan, place
cells merespon dengan menentukan
tempat yang dihubungkan dengan objek yang berada di luar lingkungan labirin.
Sel neuron tetap menjaga jaras hubungan antar stimulus dalam lingkungan yang
menetapkan lokasi hewan tersebut berada. Jaringan neuron tersebut juga menerima
info dari pergerakan hewan (tikus). Dapat dikatakan bahwa mekanisme ini
menyebabkan tikus mampu membuat semacam “peta” yang digunakan untuk memetakan
lengan-lengan yang berisi makanan. Ketika tikus kemudian menemukan kembali
lengan yang berisi makanan, “peta” akan digunakan kembali, sehingga memperkuat
sinaps-sinaps yang sebelumnya telah dibentuk. Demikian selanjutnya sehingga
tikus yang digunakan pada penelitian ini akhirnya mampu mengumpulkan makanan
dengan lebih efektif, yaitu dengan lebih banyak mengunjungi lengan yang berisi
makanan daripada lengan yang tidak berisi makanan.
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
A.
Simpulan
Berdasarkan pembahasan
yang telah dilakukan , dapat disimpulkan bahwa:
1.
Terjadi
peningkatan daya ingat tikus terhadap tempat setelah dilakukan 6 sesi percobaan
dengan labirin delapan lengan. Peningkatan tersebut dapat dilihat dari %
kunjungan benar melebihi indikator, yaitu 84,78% >70%.
2.
Ingatan yang ada
pada tikus adalah ingatan spasial, dimana tikus dapat mengingat lokasi
lengan-lengan yang berisi makanan.
3.
Ingatan terjadi
karena adanya penguatan sinaptik pada sinaps-sinaps yang telah dibentuk
sebelumnya.
4.
Hipokampus
berperan dalam mekanisme mengingat, salah satunya dalam proses mengingat
tempat, karena di dalamnya terdapat “place
cells”
B.
Saran
Saran yang dapat
diberikan oleh penulis berdasarkan penelitian yang telah dilakukan di peroleh
fakta bahwa tikus memberikan respon berupa peningkatan daya ingat tikus
terhadap tempat. Selanjutnya untuk pengembangan penelitian ini, disarankan
untuk menambah waktu penelitian, sehingga dapat diperoleh hasil yang lebih
baik. Selain itu, perlu dilakukan penelitian lain yang meneliti faktor-faktor
yang mempengaruhi respon tikus tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
www.scribd.com/doc/79540437/bab-1 pengantar psikologi faal akses di akses tanggal 5
Mei 2012 pukul 12.30
Carlson, Neil.R. 2004. Physiology of Behavior (8 ed.). Boston:
Pearson Allyn and Bacon.
Guyton, Arthur C., dan
John E. Hall. 1997. Buku Ajar Fisiologi
Kedokteran (ed. 9). Penerjemah Irawati Setiawan. Jakarta: EGC.
Parker, Steve. 2009. Ensiklopedi Tubuh Manusia. Jakarta:
Erlangga.
Olton, David. S, dan
Robert J. Samuelson. 1976. Remembrance of
Passed: Spatial Memoty in Rats. Journal of Experimental Psychology: Animal
Behavior Processes. Vol. 2 (2): 97-116.
Irwanto. 1991. Psikologi Umum. Jakarta: PT. Gramedi Pustaka Utama
Olton dan Samuelson
(1976) merencanakan sebuah tugas yang membuat tikus mengingat tempat yang telah
mereka lalui. Peneliti menempatkan tikus pada sebuah platform sirkuler yang
memiliki 8 lengan, yang tersusun secara radial seperti ruji pada roda.
Seperangkat alat tersebut diletakkan di atas tempat yang cukup tinggi dari lantai,
sehingga tikus tidak akan melompat ke lantai. Sebelum menempatkan tikus pada
tengah platform, penguji meletakkan makanan pada ujung setiap lengan. Tikus
dikondisikan dalam keadaan lapar tentunya, diijinkan untuk mengeksplorasi
lengan-lengan dan memakan makanan. Tikus akan segera belajar untuk mendapatkan
kembali makanan secara lebih efisien, memasuki setiap lengan hanya sekali.
Setelah mencoba 20 kali, kebanyakan tikus tdak memasuki lengan yang makannya
telah mereka ambil. Pembelajaran selanjutnya menunjukkan bahwa tikus dapat
melakukan dengan baik bahkan ketika mereka dicegah untuk mengikuti langkah yang
tepat dalam mengunjungi lengan-lengan tersebut. Dengan demikian, mereka harus
mengingat tempat yang pernah mereka kunjungi, tidak hanya mengikuti pola respon
yang sama setiap waktu. Kontrol prosedur pada beberapa studi menunjukkan
kemungkinan bahwa tikus secara sederhana hanya mencium baunya sendiri pada
lengan yang telah mereka kunjungi.
Perangkat labiri 8
lengan tersebut, menggunakan kapasitas behavioral yang berkembang baik pada
lokasi yang berbeda-beda setiap harinya. Dengan demikian mereka harus bisa a
menemukan jalan disekitar lingkungannya secara efisien, tidak tersesat, dan
tidak segera mengunjungi kembali tempat mereka menemukan makanan sebelumnya.
Tentunya mereka harus belajar tempat mana di sekitar lingkungan yang sekiranya
terdapat makanan dan adakalanya mereka mengunjungi tempat tersebut. Meskipun
kedua kemampuan ini mungkin muncul untuk memenuhi fungsi otak yang sama, mereka
tidak melakukannya. Mari mengenal, kemampuan untuk menghindari pengunjungan
kembali tempat makanan yang baru saja ditemukan. Olton dan koleganya menemukan
bahwa penjejasan pada hippocampus, fornix, atau korteks entorhinal sangat
merusak kemampuan tikus tersebut dalam mengunjungi labirin lengan 8 secara
efisien. Faktanya, penampilan sesudah pembedahan mereka mencapai level yang
berbeda. Mereka bertindak seperti tidak memiliki ingatan tentang lengan yang
telah mereka masuki sebelumnya. Mereka dengan segera mengumpulkan semua makanan,
namun hanya setelah memasuki beberapa lengan berulang kali.
Masalahnya bukanlah
bahwa tikus tidak dapat membedakan ke 8 lengan labirin, tentu saja mereka bisa.
Tikus dengan penjejasan fornix (merusak fungsi hipocampus) dapat mengingat
bahwa lokasi partikular ada makanan atau tidak. Tipe ingatan ini diperoleh
melalui belajar stimulus respon, yang analog dengan ingatan non deklaratif.
Olton dan papas mendemonstrasikan perbedaan antara ingatan implisit dan
eksplisist dlm sebuah eksperimen. Mereka melatih tikus dalam labirin 17 lengan
yang radial. Sebelum masing-masing sesi dari 8 lengan labirin diumpankan dengan
makanan, sementara 9 lengan yang lain tidak diumpan dengan makanan. Meskipun
tikus dengan penjejasan fornix mengunjungi lengan berumpan secara acak, gagal
untuk menghindar mengunjungi lengan yang makanannya sudah dimakan. Tikus
mengingat untuk menjauh dari 9 lengan yang tidak pernah mengandung makanan.
Mereka rupanya tidak dapat mengingat dimana mereka baru saja berada, tetapi
mereka dapat mengingat secara reguler lokasi mana yang mengandung makanan.
Hasil ini dijelaskan
dalam hubungannya dengan memori relational. Setiap set percobaan, dapat dilihat
sebagai sebuah episode yang terpisah selama hewan memasuki lengan dalam urutan
secara khusus. Studi dengan labirin 17 lengan membuktikan bahwa tikus dengan
penjejasan fornix tidak memiliki masalah mengingat hubungan antara lengan
khusus serta ada atau tidaknya makanan. Tetapi, tugas pada labirin 8 lengan
lebih rumit daripada itu, tikus harus
mengingat di mana dia berada pada hri itu. Bagaimanapun juga, ingatan
eksplorasi hari ini, harus dijaga terpisah dari ingatan ekplorasi kemrin dan
seteerusnya. Jika kita berfikir pada masing-masing percobaaan pada hari
tertentu sebagai bagian yang terpisah, kita dapat melihat kesamaan pada
kemampuan manusia untuk mengingat sarapan hari ini tanpa dibingungkan oleh
sarapan yang kemarin atau hari2 sebelumnya. Tentu saja tikus tidak bicara padda
kita tentang apa yang mereka ingat, tetapi, perilaku mereka memberi kesan bahwa,
tanpa fungsi sistem hipocampus mereka tidk dapat kelurusan episode. Dalam kasus
ini, semua episod mengambil tempat dalam lokasi yang sama. Jadi, masalah dari
stimulus kontekstual adalah waktu.