Memory pada hewan tikus

0


LAPORAN PENELITIAN
UJI DAYA INGAT TIKUS (Rattus rattus) DENGAN LABIRIN DELAPAN LENGAN
                                                                          

Disusun guna memenuhi tugas akhir fisiologi hewan


Oleh:



FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2012
Daftar isi
Pendahuluan............................................................................................................................3
Tinjauan pustaka dan hipotesis................................................................................................5
Metode penelitian ..................................................................................................................12
Hasil penelitian dan pmbahaasan ...........................................................................................14
Simpulan dan saran..................................................................................................................25
Daftar pustaka..........................................................................................................................26
BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Ada banyak perdebatan mengenai perilaku pada hewan yang dikenal dengan konsep nature ( alami ) vs nurture ( belajar ). Namun kebanyakan ahli penganut behaviorism menyatakan bahwa perilaku adalah sepenuhnya hasil dari pengaruh lingkungan (proses belajar). Sesuai dengan hasil penelitian John B.Watson ( bapak behaviorism ) menunjukkan bahwa bayi-bayi keturunan penipu, perampok, pembunuh, dan pelacur dapat tumbuh tanpa sarna sekali menunjukkan perilaku yang mirip dengan orangtuanya apabila diasuh dalam lingkungan yang sarna sekali berbeda dengan lingkungan orangtuanya. Sebaliknya, anak seorang pengusaha yang pintar dan sukses dapat menjadi sangat bodoh dan tumbuh menjadi perampok apabila dibesarkan dalam lingkungan yang buruk.
Dikuatkan juga oleh Cooper dan Zubek (1945) yang mengembangkan pembiakan tikus bodoh dan tikus pintar. Tikus pintar dan bodoh diasuh dalam kandang yang sama tetapi dengan kondisi yang berbeda. Kandang pertama hanya berupa kandang biasa dan kandang kedua merupakan kandang-kandang yang telah dimodifikasi dengan lorong-lorong kecil dan benda-benda yang memiliki daya tarik visual sehingga dapat menstimulasi daya tarik tikus. Dari hasil pembiakan itu, tikus bodoh tidak menunjukkan kesalahan yang lebih besar dari pada tikus pintar apabila diasuh dalam kandang yang dimodifikasi. Dan sebaliknya tikus pintar menunjukkan kesalahan yang sama dengan tikus bodoh jika diasuh dalam kandang yang biasa. Dapat disimpulkan bahwa perilaku sangat dipengaruhi oleh proses belajar.
Belajar merupakan proses yang didasarkan pada pengalaman sehingga mengubah sistem syaraf dan perilaku. Perubahan yang terjadi pada sistem syaraf dan perilaku tersebut dinamakan memori (ingatan). Proses belajar ini tidak hanya terjadi pada manusia saja, tetapi juga pada hewan seperti tikus. Dengan belajar, hewan mampu menemukan makanan ketika lapar, menghangatkan diri saat dingin, dan mencari kelompok ketika sendiri.
Contoh belajar adalah proses mengingat tempat. Seperti pada manusia yang memiliki kemampuan mengingat tempat, hewan juga memiliki kemampuan yang sama. Hewan dan manusia keduanya memiliki memori ingatan, meskipun dengan kemampuan yang berbeda.
Banyak percobaan tentang daya ingat  yang telah dilakukan oleh banyak ahli, seperti contoh Olton. Olton telah melakukan banyak percobaan mengenai kemampuan tikus mengingat tempat yang telah dilewati. Dalam beberapa kali percobaan , Olton menggunakan labirin yang berbeda-beda jenisnya. Dan dari percobaan-percobaan itu labirin delapan lengan menunjukkan hasil yang lebih signifikan untuk mengetahui kemampuan daya ingat spasial pada tikus. Oleh karena itu, untuk mengetahui daya ingat spasial pada tikus, penelitian ini menggunakan labirin dengan delapan lengan ukuran dan warna yang sama.
B.     Permasalahan
Berdasarkan latar belakang di atas, dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut
a.    Bagaimana respon yang ditunjukkan tikus terhadap labirin delapan lengan?
b.    Bagaimana mekanisme mengingat tempat pada tikus?
C.    Tujuan Penelitian
Tujuan diadakannya penelitian ini adalah:
a.       Mengetahui respon yang ditunjukkan tikus terhadap labirin delapan lengan.
b.      Menjelaskan mekanisme mengingat tempat pada tikus
D.    Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini:
a.       Memberikan informasi peristiwa ingatan ditinjau secara fisiologis khususnya ingatan spasial (ingatan mengenai tempat)
b.      Memberikan alternatif media pembelajaran bagi siswa pada materi sistem syaraf


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS

A.    Tinjauan Pustaka
1.    Ingatan
Ingatan adalah kemampuan untuk menghubungkan pengalaman yang telah lalu, yang telah melekat pada jiwa individu dan direproduksi pada masa sekarang. Secara lebih sederhana, Irwanto (1991) mendefinisikan ingatan sebagai kemampuan untuk menyimpan informasi sehingga dapat digunakan lagi dimasa mendatang. Secara fisiologis ingatan adalah hasil dari perubahan kemampuan penjalaran sinaptik dari satu neuron ke neuron berikutnya, sebagai aktivitas neural berikutnya. Perubahan ini kemudian membentuk jaras-jaras baru atau jaras-jaras yang terfasilitasi untuk membentuk penjalaran sinyal-sinyal melalui lintasan neural otak. Jaras-jaras ini penting karena begitu ia menetap atau ada, maka akan diaktifkan oleh benak pikiran untuk menimbulkan kembali ingatan.
Proses mengingat meliputi tiga langkah, yaitu (1) registration, yaitu informasi yang diterima diubah dalam bentuk kode penyimpanan pada bagian ingatan jangka pendek, (2) storage, yaitu penyimpanan ingatan dari ingatan jangka pendek ke ingatan jangka panjang, dan (3) recall, yaitu mengenali atau memanggil kembali informasi yang dibutuhkan dalam pencarian informasi. Sehingga untuk mengingat sesuatu seseorang harus berhasil melaksanakan tiga hal, yaitu (1) mendapatkan informasi, (2) menyimpan atau menahan informasi tersebut, dan (3) mengeluarkannya.
Ingatan tidak disimpai pada daerah atau struktur tertentu di dalam otak, melainkan di simpan di banyak daerah dan struktur otak. Ingatan kelihatannya juga didistribusikan secara berlebihan di daerah korteks.

2.    Jenis-jenis Ingatan
Ingatan secara umum dibagi menjadi tiga, yaitu
2.1       Ingatan Jangka Pendek
Adalah ingatan yang stimulusnya baru saja diterima. Ingatan ini mampu bertahan selama beberapa detik sampai beberapa menit.

Gambar 1. Celah yang mungkin bagi potensiasi jangka panjang
Agar ingatan jangka pendek dapat diubah menjadi ingatan jangka panjang sehingga dapat dipanggil kembali beberapa minggu atau beberapa tahun kemudian, maka ingatan tersebut harus mengalami konsolidasi. Konsolidasi berarti dengan melalui berbagai cara, ingatan seharusnya menimbulkan perubahan kimia, fisik, dan anatomis pada sinaps-sinaps yang bertanggung jawab untuk ingatan tipe jangka panjang.
2.2       Ingatan Jangka Menengah
Ingatan yang berlangsung selama bermenit-menit atau bahkan berminggu-minggu. Percobaan pada hewan primitif menunjukkan bahwa ingatan jenis ini dapat merupakan hasil perubahan fisik atau kimiawi yang bersifat sementara, atau keduanya, baik pada ujung-ujung presinaptik atau pada membran post sinaptik.
2.3       Ingatan Jangka Panjang (Long Term memory)
Ingatan ini disebabkan oleh terjadinya perubahan struktural pada sinaps-sinaps yang mempengaruhi mekanisme persinyalan (perkuat atau menekan). Perubahan struktur ini meliputi:
a.         Peningkatan tempat pelepasan vesikel untuk mensekresikan bahan-bahan transmitter
b.        Peningkatan jumlah vesikel-vesikel transmitter yang dikeluarkan
c.         Peningkatan jumlah terminal presinaps
d.        Perubahan struktur spinalis dendritik yang membolehkan terjadinya transmisi sinyal yang lebih kuat.
Perbedaan ingatan jangka panjang dan ingatan jangka pendek secara singkat adalah
Tabel 1. Perbedaan antara Ingatan Jangka Pendek dan Ingatan Jangka Panjang
Karakteristik
Ingatan jangka pendek
Ingatan jangka panjang
Waktu untuk penyimpanan setelah penerimaan informasi baru
segera
Kemudian, terlebih dahulu harus ditransfer dari ingatan jangka pendek melalui konsolidasi, ditingkatkan dengan latihan dan penggunaan kembali informasi melalui mode jangka pendek
Kapasitas penyimpanan
terbatas
Sangat besar
Waktu pencarian informasi (mengingat)
Mengingat dengan cepat
Mengingat dengan lebih lambat kecuali ingatan yang melekat secara menyeluruh, yang diingat dengan cepat
Ketidakmampuan untuk mengingat (melupakan)
Lupa secara permanen, ingatan menghilang dengan cepat jika tidak dikonsolidasikan ke dalam memori jangka panjang
Biasanya hanya tidak dapat diakses sementara waktu, merupakan jejak ingatan yang relative stabil
Mekanisme penyimpanan
Melibatkan modifikasi sementara dari pre-exixting sinaps, seperti mengubah sejumlah pelepasan neurotransmiter
Melibatkan perubahan struktur dan fungsi yang relative permanen antara keberadaan neuron, seperti pembentukan sinaps baru, sintesis protein baru yang memainkan peran kunci

Selain itu ingatan juga dapat digolongkan menjadi
1.        Ingatan deklaratif
Ingatan yang dapat dinyatakan secara verbal, seperti ingatan tentang kejadian masa lalu seseorang. Dapat juga dikatakan sebagai ingatan terhadap berbagai detail pemikiran terintegerasi, meliputi
a.     Ingatan akan keadaan sekeliling
b.     Ingatan akan hubungan waktu
c.     Ingatan akan penyebab pengalaman
d.    Ingatan akan makna pengalaman
e.    Ingatan akan kesimpulan pengalaman yang tertinggal dalam pemikiran seseorang.
2.        Ingatan non deklaratif
Ingatan yang pembentukannya tidak bergantung pada bentukan oleh hipokampus. Ingatan ini muncul untuk pengoperasian secara otomatis yang tidak membutukan usaha yang disegaja oleh pembelajar untuk mengingat sesuatu, maupun masukan berupa fakta atau pengalaman, namun ingatan ini mengontrol perilaku pembelajar.

3.    Tahapan mengingat
Terdapat 3 tahapan dalam proses mengingat, yaitu
3.1       Registrasi
Proses pengubahan informasi  menjadi simbol-simbol atau gelombang-gelombang listrik tertentu yang sesuai dengan peringkat yang ada pada organisme.
a.         Registrasi dalam Ingatan Jangka Pendek
Informasi yang masuk melalui indera dan disimpan dalam ingatan sensori dapat dianggap sebagai bahan mentah yang jumlahnya banyak sekali. Jumlah yang banyak itu akan diseleksi menurut beberapa cara dalam control proceses (proses-proses pengendalian). Pertama, informasi yang masuk akan dirujukkan ke gudang informasi dalam ingatan jangka panjang. Pada ingatan jangka panjang, pola-pola informasi yang masuk dibandingkan dengan pola-pola yang telah ada sebelumnya. Dengan demikian, akan terpilih informasi yang sudah dikenal atau yang mempunyai makna. Kedua, mekanisme lain yang digunakan untuk menyeleksi informasi adalah attention (perhatian). Perhatian ini menyaring informasi yang masuk ke dalam ingatan jangka pendek sehingga hanya sebagian kecil yang boleh lewat.
b.        Registrasi dalam Ingatan Jangka Panjang
Di dalam proses registrasi, juga terjadi pengkodean. Pengkodean dalam ingatan jangka panjang terbagi menjadi 2, yaitu : ingatan deklaratif (declarative memory) dan ingatan nondeklaratif (nondeclaratif memory).
3.2       Penyimpanan
Informasi yang telah diubah akan dipertahankan pada tahap penyimpanan. Penyimpanan adalah suatu proses mengendapkan atau menyimpan informasi yang diterima dalam suatu tempat tertentu. Penyimpanan ini sudah sekaligus mencakup kategorisasi informasi sehingga tempat informasi disimpan sesuai dengan kategorinya. Penyimpanan informasi merupakan mekanisme penting dalam ingatan. Sistem penyimpanan ini sangat mempengaruhi jenis ingatan yang akan diperagakan oleh organisme.
a.         Penyimpanan dalam Ingatan Jangka Pendek
Kapasitas dalam ingatan jangka pendek sangat terbatas untuk menyimpan sejumlah informasi dalam jangka waktu tertentu. Sehingga bila tidak terjadi pengulangan, informasi tersebut akan hilang.
b.        Penyimpanan dalam Ingatan Jangka Panjang
Kapasitas ingatan jangka panjang sangat besar. Hal ini memungkinkan penyimpanan informasi yang luar biasa banyaknya yang diperoleh sepanjang hidup organisme. Meskipun demikian, ingatan masih bekerja sangat efisien yaitu dengan jalan mengorganisasikan informasi yang diterima dari ingatan jangka pendek. Reorganisasi ini erat hubungannya dengan proses retrieval atau proses mengingat kembali informasi yang telah disimpan.
3.3    Pemanggilan Kembali
Proses mengingat kembali merupakan suatu proses mencari dan menemukan informasi yang disimpan dalam ingatan untuk digunakan kembali bila diperlukan

4.    Proses Masukkan
 Ingatan sensorik, seperti pengenalan singkat suatu bunyi, berlalu cepat dan umumnya disimpan hanya sampai setengah detik saja. Jika secara sadar disimpan dan diartikan, masukan sensorik ini dapat menjadi ingatan jangka pendek untuk kurun waktu beberapa menit. Transfer dari ingatan jangka pendek ke jangka panjang disebut konsolidasi dan membutuhkan perhatian pengulangan, dan ide yang dapat menghubungkan.

Gambar 2. Skema konsolidasi ingatan jangka pendek ke ingatan jangka panjang

5.    Peran Hipokampus dalam Ingatan
Hal-hal yang berasal dari ingatan jangka pendek dapat diubah untuk disimpan menjadi ingatan jangka panjang oleh hipokampus. Hipokampus merupakan bagian hipokampal bersama-sama dengan dentate gyrus. Hipokampus berperan dalam proses penggabungan ingatan (memory consolidation). Yang dimaksud dengan konsolidasi ingatan yaitu perubahan secara fisik, psikologis yang berlangsung terus menerus selama terjadinya organisasi otak dan informasi ulang yang dapat merupakan bagian dari ingatan permanen. Setelah sebagian informasi masuk ke dalam ingatan jangka panjang, sebagian lagi masih dalam proses transformasi, mungkin sebagian lagi terlupakan sebelum informasi tersebut disimpan secara menetap.
Hipokampus bukan merupakan tempat penyimpanan ingatan yang permanen, oleh karena itu kerusakan pada hipokampus menyebabkan ingatan yang ada sebelum terjadinya kerusakan hipokampus masih tersedia, sedangkan ingatan yang baru terjadi  atau belum tersimpan setelah terjadi kerusakan hipokampus akan mengalami gangguan. Sehingga hipokampus mengalami kehilangan kaapasitas pembentukan ingatan jangka panjang yang baru, sedangkan ingatan jangka pendek tidak terganggu.
Secara lebih spesifik, hipokampus juga memiliki peranan penting ingatan spasial, yaitu ingatan yang berkaitan dengan navigasi. Sebagai contoh, ingatan mengenai tempat seseorang meletakkan kunci, ingatan tentang tempat yang baru dikunjungi, dst. Di dalam hippocampus terdapat place cells yang merupakan neuron-neuron yang menjadi aktif ketika seseorang berada pada lokasi tertentu. Yang secara tidak langsung menyatakan bahwa di dalam hipokampus terdapat jaringan neural yang membuat jaras yang menghubungkan stimulus satu dengan lainnya dalam lingkungan, jaringan ini juga menerima informasi mengenai pergerakan yang dilakukan oleh seseorang. Place cells pada hipokampus dipandu oleh stimulus visual, sebab daerah penerimaan sel ini berubah ketika objek di luar lingkungan berubah. Hipokampus memegang peranan dalam konsolidasi ingatan, hasil investigasi menunjukkan bahwa hipokampus terlibat dalam dalam konsolidasi ingatan spasial dalam waktu yang terbatas, dan hasil dari kegiatan ini membantu dalam membentuk ingatan pada korteks serebral.

B.     Hipotesis
Setelah tikus diberikan pelatihan dengan labirin delapan lengan, kemampuan tikus dalam mengingat tempat meningkat. Penelitian ini dikatakan berhasil apabila prosentase tikus memasuki lengan yang benar (2,4,5) adalah ≥70%.


BAB III
METODE PENELITIAN

A.    Metode
Subjek. Subjek penelitian ini adalah seekor tikus putih yang berumur 2 minggu.
Alat. Alat utama yang digunakan pada penelitian ini adalah labirin delapan lengan, dengan panjang lengan 76 cm, tinggi 14, lebar 4cm. Lingkaran pusat labirin berdiameter 15 cm dengan tinggi 20 cm, sedangkan lingkaran yang ada di ujung labirin berdiameter 10 cm dan tinggi 4 cm. Keseluruhan labirin terbuat dari kertas karton setebal 2 mm, dan diletakkan di atas lantai pada saat percobaan. Alat-alat pendukung penelitian antara lain: kamera perekam, tabel pengamatan, alat tulis.
Bahan. Bahan yang digunakan sebagai pengumpan tikus adalah makanan, yang akan diletakkan pada beberapa lengan yang ditentukan.
B.     Prosedur
1.      Persiapan penelitian
a.       Melakukan studi pustaka guna mencari rancangan percobaan yang sesuai.
b.      Menentukan dan membuat rancangan percobaan.
c.       Mempersiapkan alat dan bahan yang diperlukan.
d.      Membuat miniatur alat dengan skala.
e.       Menyusun alat (labirin delapan lengan) yang sesuai dengan ukuran tikus.
f.       Menentukan makanan favorit tikus dengan melakukan percobaan yang sesuai.
2.      Pelaksanaan penelitian
Sebelum di adakannya penelitian, tikus dibuat dalam keadaan lapar, dengan tidak memberikan makanan selama setengah hari.
Eksplorasi. Tikus diberi waktu 5 menit menjelajahi seluruh lengan sebelum pengamnilan data dilakukan.
Tahap pilihan bebas. Setiap harinya, tikus diletakkan dalam labirin selama 15 menit dengan pengulangan 3 kali. Lengan 2, 4, dan 5 difasilitasi dengan makanan (ukuran kira-kira 3x3mm). Setiap kali tikus telah mengambil makanan, peneliti akan meletakkan makanan lagi di tempat tersebut tepat setelah tikus meninggalkann tempat itu. Kemudian tikus diijinkan untuk memasuki kembali lengan yang telah ia ambil makanannya.

C.    Analisis Data
Analisis data dilakukan secara deskriptif. Data yang diambil berupa nomor labirin yang dimasuki oleh tikus untuk mengetahui seberapa sering tikus mengunjungi labirin tertentu , serta data waktu yang menunjukkan tikus memasuki lengan tersebut, yang akan dilakukan untuk mengetahui sejauh mana perkembangan ingatan tikus.


BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A.    Data Pengamatan
Tabel 2. Pengamatan lengan yang dikunjungi tikus pada t sekon.
Tahap Eksplorasi
Labirin
T
Selisih waktu
6
00.06
6
5
01.19
73
2
01.52
33
8
02.11
19
6
03.21
70
1
03.49
28
7
04.34
45
Tahap Pilihan Bebas
Hari ke-
Sesi ke-
1
2
3
Labirin
t
Selisih Waktu (s)
Labirin
T
Selisih Waktu (s)
Labirin
t
Selisih Waktu (s)
1
4
04.01
241
1
00.23
23
2
00.17
17
7
07.36
215
5
00.47
24



3
07.58
62
5
02.30
103



8
11.57
79
2
03.13
43



4
12.42
165
4
03.57
44



4
14.50
126
6
04.43
46






1
04.58
15






5
05.23
25






3
05.43
20






8
05.53
10






6
06.04
11






4
06.14
10






1
07.09
55






3
07.25
16






5
07.49
24






8
08.30
41






6
08.40
10






4
08.53
13






1
09.30
37






3
09.53
23






5
10.13
20






8
11.23
70






8
11.45
22






4
11.59
14






1
13.28
89






6
13.51
23






3
14.22
31






1
14.55
33



2
5
00.20
20
6
00.04
4
7
00.08
8
7
01.43
83
8
00.17
13
5
00.22
14
2
02.10
27
5
00.41
24
6
00.37
15
7
04.32
142
2
01.18
37
4
00.43
6
1
04.46
14
6
01.44
26
2
01.07
24
5
05.02
16
4
02.07
23
5
01.38
31
3
06.22
80
8
02.26
19
5
02.39
61
4
07.15
53
5
02.34
8
4
03.07
28
6
08.55
100
7
03.15
41
3
03.56
49
4
09.28
33
5
03.23
68
5
04.04
8
1
09.57
29
3
03.59
36
4
04.22
18
5
10.20
23
6
04.13
14
5
04.48
26
1
12.27
127
1
04.36
23
6
05.15
27
8
12.42
15
5
04.53
17
4
05.21
6
2
12.58
16
6
05.42
49
5
05.51
30



8
05.58
16
5
06.16
25



4
06.10
12
4
06.46
30



6
06.38
28
5
07.11
25



2
06.57
19
4
08.17
66



5
07.19
22
5
08.28
11



3
08.27
68
4
08.53
81



5
08.36
9
5
09.04
11



1
09.27
51
4
09.40
36



5
09.36
9
5
10.00
20



6
09.55
19
4
10.42
42



4
10.03
8
5
11.00
18



5
10.37
34
4
11.15
15



7
11.37
60
5
11.36
21



5
11.54
17
4
12.00
24



4
12.16
22
5
12.57
57



5
13.24
8
4
13.39
42



3
13.53
29
3
14.29
50



5
14.03
10
5
14.45
16



8
14.05
2






5
14.56
51
















B.     Analisis dan Pembahasan
Pada percobaan uji daya ingat tikus dengan labirin delapan lengan, dilakukan dua tahapan utama yaitu tahap eksplorasi dan tahap pilihan bebas. Tahap eksplorasi bertujuan sebagai pengenalan lokasi agar tikus mudah beradaptasi dengan lingkungan eksperimen. Pada tahap ini, tidak diberikan hadiah dalam bentuk apapun. Tahap pilihan bebas memiliki durasi 15 menit untuk tiap sesinya. Pada tahap ini, beberapa lengan yaitu lengan 2, 4 dan 5 diletakkan hadiah berupa makanan pada ujung lengan.
Tabel 3. Persentase Kunjungan Tikus
No
Sesi
Prosentase Kunjungan Lengan (%)
% pilihan benar
1
2
3
4
5
6
7
8
1
Hari 1 Ulangan1
0
0
16,67
50
0
0
16,67
16,67
50
2
Hari 1 sesi 2
21,43
3,57
14,28
14,28
17,86
14,28
0
14,28
35,57
3
Hari 1 sesi 3
0
100
0
0
0
0
0
0
100
4
Hari 2 sesi1
20
13,33
6,67
13,33
20
6,67
13,33
6,67
46,6
5
Hari 2 sesi 2
5,71
5,71
8,57
11,43
34,29
17,14
5,71
11,43
51,31
6
Hari 2 sesi 3
0
3,03
6,06
36,36
45,45
6,06
3,03
0
84,78

            Respon Tikus terhadap Labirin Delapan Lengan
Pada hari pertama penelitian, tikus diberi waktu 5 menit untuk melakukan tahap eksplorasi. Dalam waktu 5 menit tikus dapat mengeksplorasi 6 lengan, yaitu lengan nomor, 1, 2, 5, 6, 7, dan 8 dari 7 pilihan yang dilakukan. Secara berurutan tikus mengunjungi labirin nomor 6, waktu yang dibutuhkan untuk memilih memasuki labirin nomor 6 adalah 6 detik sejak tikus dimasukkan ke dalam labirin, kemudian menuju ke labirin nomor 5 ( 73 detik), labirin nomor 2 ( 33 detik), labirin nomor 8 ( 19 detik), labirin nomor 6 ( 70 detik), labirin nomor 1 ( 28 detik), dan yang terakhir adalah labirin nomor 7 ( 45 detik).
Pada tahapan ini tikus terlihat ragu-ragu untuk memasuki lengan, dan hanya berkeliling di dalam lingkaran pusat. Ketika tikus memutuskan untuk memasuki sebuah lengan, tikus berlari menuju ujung lengan kemudian tikus berkeliling di dalam lingkaran di ujung lengan, dan pada beberapa lengan, yaitu lengan nomor 4 dan 3, tikus tidak berlari menuju ujung lengan, melainkan kembali ke lingkaran pusat. Ketika kembali memasuki lingkaran pusat, tikus membutuhkan waktu untuk memilih lengan untuk dimasuki, sebelum memasuki lengan berikutnya, tikus terlihat mencium dinding di sekitar pintu lengan.
Setelah melalui tahap eksplorasi, dalam jeda waktu beberapa menit, segera dilakukan pengambilan data untuk 15 menit pertama. Tikus kembali diletakkan ke dalam lingkaran pusat. Tikus tampak ragu-ragu, mengendus setiap pintu lengan, dan berlama-lama di lingkaran pusat. Tikus belum menyadari keberadaan makanan, sehingga belum termotivasi untuk bergerak memasuki lengan-lengan.
Setelah detik ke-241, tikus memutuskan untuk berjalan memasuki lengan 4 dan di ujung lengan tersebut, tikus mendapati adanya makanan, dan mengambil makanan tersebut di bawa ke lingkaran pusat. Tikus memakan makanan di dalam lingkaran pusat. Selang 215 detik setelah keluar dari lengan 4 tadi, tikus kembali bergerak memasuki lengan 7. Di lengan 7, tikus tidak mendapati makanan, namun masih berusaha untuk mengendus-endus. Yakin tidak ada makanan di lengan 7, 62 detik kemudian tikus bergerak memasuki ujung lengan 3.
Di ujung lengan 3 juga tidak terdapat makanan, dalam selang waktu yang hampir sama, yaitu 79 detik, tikus telah memasuki lengan 8 yang juga tidak terdapat makanan. Butuh waktu yang cukup lama bagi tikus untuk beranjak dari lengan 8, setelah tiga kali berturut-turut tikus tidak memperoleh makanan. Tikus berhasil sampai di ujung lengan 4 sekitar 165 detik setelah mulai beranjak dari lengan 8. Dan di lengan 4 tersebut, tikus memperoleh makanan kembali yang seperti biasa, makanan itu akan dibawa ke lingkaran pusat untuk dimakan. Sesudah menghabiskan makanannya selama 126 detik, tikus kembali memasuki lengan 4 dan memperoleh makananannya lagi. 10 detik setelah itu, sesi pertama ini selesai sehingga total dalam 15 menit tikus telah memasuki lengan sebanyak 6 kali.
Sesi kedua untuk hari 1 dilakukan sekitar beberapa jam setelah sesi pertama atas pertimbangan tingkat kekenyangan tikus. Pada sesi ini, tikus tangkas dalam bergerak. Hanya 23 detik setelah dilepaskan di lingkaran pusat, tikus berhasil memasuki lengan 1, mengendus sedikit untuk memastikan keberadaan makanan (kenyataannya, dalam seluruh percobaan ini, lengan yang senantiasa berisi makanan adalah lengan 2,4, dan 5).
Dalam waktu relatif singkat, yakni 24 detik, tikus berhasil memasuki salah satu lengan yang berisi makanan yaitu lengan 5. Kebiasaan membawa makanan untuk dimakan di lingkaran pusat masih berlanjut. Cukup lama tikus berada di lingkaran pusat tersebut, mulai dari kegiatan makan hingga pengendusan lokasi selama 103 detik dan akhirnya tikus kembali memasuki lengan 5. Selanjutnya, tikus memasuki lengan 2,4, dan 6 dalam waktu relatif seragam, yaitu 43,44, dan 46.
Tikus tampaknya menyadari keberadaan makanan pada beberapa lengan tertentu, karena gerak tikus semkin cepat ketika mendapati lengan yang dikunjunginya tidak terdapat makanan, setelah memasuki lengan 6 yang tidak ada makanan, dalam waktu 15 detik, tikus sudah berpindah ke lengan 1 yang juga tanpa makanan.
Setelah 25 detik, tikus berhasil menemukan lengan berisi makanan yaitu lengan 5 dan saat itu, makanan langsung dimakan di tempat sebagai penghematan waktu. Tikus mulai bergerak lagi setelah 20 detik menuju lengan 3, 10 detik kemudian ke lengan 8, 11 detik lagi ke lengan 6, dan ssegera berpindah ke lengan berikutnya (4) dalam selang waktu yang lebih singkat, yaitu 10 detik. Lengan 3, 8, dan 6 merupakan lengan yang didalamnya tidak terdapat makanan. Oleh karena fakta tersebut, dapat dikatakan bahwa tikus setidaknya menyadari kalau lengan yang dikunjunginya tidak berisi makanan, pasti ada lengan lain yang berisi makanan, dan tikus harus melakukannya tanpa membuang banyak waktu.
Total ada 28 lengan yang dikunjungi pada sesi kedua ini selama 15 menit, dan sekiranya terdapat semacam pola yang dilalui tikus meskipun tidak tepat berpola. Mulai kunjungan ke lima, yaitu 461,538,641,358,641,358,8, 416, 631. Jika diamati, terdapat 2 pola yang rentan muncul yaitu kombinasi 4,6,1 dan kombinasi 3, 5, 8 meskipun kombinasi tersebut dapat bermacam-macam (461,416, dan 641 atau 538 dan 358).
Pada sesi ke tiga hari 1, selama 15 menit, tikus hanya memilih dan memasuki lengan 2 setelah sebelumnya terlihat ragu-ragu untuk memilih lengan. Tikus memakan makanan pada ujung lengan nomor 2 setelah itu tinggal diam di ujung lengan sambil sesekali berkeliling di dalam lingkaran yang digunakan sebagai ujung lengan. kenyang
Hasil percobaan sesi pertama hari ke 2 adalah sebagai berikut: secara berturut-turut tikus memasuki lengan nomor 5, 7, 2, 7, 1, 5, 3, 4, 6, 4, 1, 5, 1, 8, 2. Untuk memasuki lengan nomor 5 tikus membutuhkan waktu 20, setelah sebelumnya terlihat ragu untuk memasuki lengan-lengan labirin. Selanjutnya tikus memasuki lengan nomor 7 dan membutuhkan waktu 83 detik, di hitung mulai saat tikus mencapai ujung lengan nomor 5 sampai saat tikus mencapai ujung lengan nomor 7. Selama 83 detik, tikus menggunakanny untuk memakan habis makanan yang disediakan di ujung lengan labirin nomor 5, untuk berkeliling di ujung lengan, dan untuk memasuki lengan berikutnya. Sama seperti sebelumnya tikus masih terlihat ragu-ragu untuk memasuki sebuah lengan.
Berikutnya tikus memasuki lengan nomor 2, waktu yang dibutuhkan untuk mencapai ujung lengan  nomor 2 adalah 27 detik, dilanjutkan dengan termasukinya lengan nomor 7 oleh tikus dan membutuhkan waktu 142 detik untuk mencapai ujung lengan nomor 7 tersebut. Begitu pula untuk lengan-lengan selanjutnya yang dimasuki oleh tikus, yaitu  lengan nomor 1(14 detik), nomor 5 (16 detik), nomor 3 (80 detik),nomor 4 (53 detik), nomor 6(100 detik), nomor 4(33 detik), lengan nomo 1(29 detik), nomor 5 (23 detik), nomor 1(127detik), nomor 8 (15 detik), dan nomor 2 (16 detik). Waktu yang digunakan bagi tikus untuk memasuki sebuah lengan sangat bervariasi, namun secara keseluruhan tikus memperlihatkan peningkatan kemampuan untuk menemukan lengan yang berisi hadiah, ini ditunjukkan dengan semakin meningkatnya persentase pilihan yang benar berupa memasuki lengan-lengan yang berisi makanan.
Percobaan sesi ke 2 hari kedua, hasil yang di dapat adalah tikus secara berturut-turut memasuki lengan nomor 6, 8, 5, 2, 6, 4, 8, 5, 7, 5, 3, 6, 1, 5, 6, 8, 4, 6, 2, 5, 3, 5, 1, 5, 6, 4, 5, 7, 5, 4, 5, 3, 5, 8, dan 5. Terlihat bahwa tikus bertambah aktif pada ulangan ke dua ini yang ditunjukkan dengan semakin banyaknya pilihan yang dibuat oleh tikus, sekaligus berlaku lebih efektif dalam mengumpulkan makanan, yang ditunjukkan dengan meningkatnya persentase pilihan benar yang dilakukan tikus, yaitu sebesar 51,43%. Keberhasilan 51,43 % tersebut merupakan akumulasi keberhasilan dari lengan 2 , 4, 5. Pada lengan no 2 tikus memiliki persentase keberhasilan sebanyak 5,71%, pada lengan no 4 tikus memilik persentase keberhasilan 11,43%  dan  pada lengan no 5 tingkat keberhasilan 34,29%.  Adapun waktu yang diperlukan tikus untuk mencapai ujung tiap lengan yang dimasuki adalah 6 (4 detik), 8 (13 detik), 5 (24 detik), 2 (37 detik), 6 (26 detik ), 4 (23 detik), 8 (19 detik), 5 (8 detik), 7  (41 detik), 5 (68 detik), 3 (36 detik), 6(14 detik), 1(23 detik), 5 (17 detik ), 6 (49 detik ), 8(16 detik), 4 (12 detik ), 6( 28 detik ), 2 (19 detk ), 5 (22 detik ), 3(68 detik ), 5( 9 detik ), 1(51 detik), 5(9 detik), 6(19 detik ), 4( 8 detik ), 5 (34detik), 7( 60 detik ), 5 (17 detik), 4 (22 detik), 5( 8 deti ), 3( 29 detik), 5(10 detik), 8(2 detik), dan 5( 51 detik).
Di sesi kedua, tikus memasuki 33 lengan selama 15 menit. Lengan pertama yang dikunjungi adalah lengan 7, tanpa makanan. Hanya dalam tempo 14 detik, tikus berpindah ke lengan lainnya, yakni lengan 5 dan di sana tikus memperoleh makanannya. Tikus bergerak dan sampai di ujung lengan 6 setelah 15 detik. Tikus beranjak dari lengan 6 menuju lengan 4, di situ tikus memperoleh makanan kembali. Dari lengan 4, tikus secara tepat dapat memasuki lengan 2 yang juga berisi makanan. Kemampuan tikus dalam mengunjungi lengn berisi makanan telah meningkat.
Tikus tampaknya menyadari keberadaan makanan berada pada dua lengan yang berdekatan, yaitu lengan 4 dan 5, terlihat dari pola/jalur yang dilalui tikus berada di sekitaran lengan 4 dan 5 yaitu 5543545645 54 54 54 54 54 54 54 54 54 35. Sehingga, prosentase kunjungan lengan secara berturutan pada sesi ini adalah 0%, 3,03%, 6,06%, 36,36%, 45,45%, 6,06%, 3,03% dan 0%.
Jika kita rekapitulasi setiap lengan, akan kita dapatkan hasil sebagai berikut:
·         Kunjungan ke lengan 1 selama enam sesi berturut-turut: 0%; 21,43%; 0%; 20%; 5,71% dan 0%. Lengan 1 hanya mendapatkan sedikit kunjungan dari tikus. Bahkan dari 6 sesi, 3 sesi diantaranya sama sekali tidak dikunjungi tikus.
·         Kunjungan ke lengan 2 selama enam sesi berturut-turut: 0%; 3,57%; 100%; 13,33%; 5,71%; dan 3,03%. Kunjungan di lengan 2 termasuk jarang, kecuali pada sesi 3, 100% tikus mengunjungi lengan ini. Namun sebagai catatan, pada sesi tersebut, selama 15 menit tikus memang diam di lengan, tidak beranjak.
·         Kunjungan ke lengan 3 selama enam sesi berturut-turut: 16,67%; 14,28%; 0%; 6,67%; 8,57%; dan 6,06%. Semakin ke belakang, tikus semakin jarang mengunjungi lengan yang tidak berisi makanan, seperti lengan 3 ini.
·         Kunjungan ke lengan 4 selama enam sesi berturut-turut: 50%; 14,28%; 0%; 13,33%; 11,43% dan 36,36%.
·         Kunjungan ke lengan 5 selama enam sesi berturut-turut: 0%; 17,86%; 0%; 20%; 34,29%; dan 45,45%. Hal yang sebaliknya terjadi pada lengan yang berisi makanan. Semakin ke belakang, tikus semakin sering mengunjungi lengan yang berisi makanan.
·         Kunjungan ke lengan 6 selama enam sesi berturut-turut: 0%; 14,28%; 0%; 6,67%; 17,14% dan 6,06%.
·         Kunjungan ke lengan 7 selama enam sesi berturut-turut: 16,67%; 0%; 0%; 13,33%; 5,71%; dan 3,03%.
·         Kunjungan ke lengan 8 selama enam sesi berturut-turut: 16,67%; 14,28%; 0%; 6,67%; 11,43% dan 0%.
Dalam setiap sesi,  kunjungan pada lengan 2, 4, dan 5 akan dijumlahkan dan dibuat prosentasenya sebagai % pilihan benar. Sesi pertama hari pertama, 50% dari 6 kunjungan lengan tikus merupakan kunjungan yang benar. Sesi kedua hari pertama, dari 28 kunjungan, sebanyak 35,57% adalah kunjungan yang benar. Sesi pertama dan sesi kedua ini masih dibawah indikator kunjungan benar yang ditetapkan, yaitu 70%.
Pada sesi ke tiga hari pertama, kunjungan yang benar jika diprosentasikan sebesar 100% dari 1 kunjungan. Kunjungan benar sesi ini jika dilihat dari prosentasinya sekilas mengindikasikan bahwa percobaan sudah berhasil, tetapi apabila dilihat dari jumlah kunjungannya, diragukan. Selama 15 menit, tikus hanya berkutat di lingkaran ujung lengan 2. Beberapa kemungkinan yang melaterbelakangi perilaku tikus saat itu: 1) tikus kenyang, 2) tikus lelah dan jenuh, 3) tikus menganggap dari pengalaman sebelumnya, saat dia kembali ke lengan benar, dia akan memperoleh makanan. dengan anggapan tersebut, tikus berpikir bahwa jika di diam di lengan “benar” tersebut, dia tetap akan memperoleh makanan.
Hari ke dua percobaan, sesi pertama, kunjungan yang benar dari tikus adalah 46, 6% dari total 15 kunjungan. Hasil ini terus meningkat di sesi kedua, yaitu 51, 31% dari total 35 kunjungan lengan. Meskipun demikian, belum dapat dikatakan berhasil karena masih di bawah indikator. Oleh karenanya, sesi dilanjutkan lagi. Pada sesi ketiga ini, dari 33 kunjungan lengan, kunjungan yang benar (total dari kunjungan lengan 2,4,5) mencapai 84, 78%. Demikian, percobaan ini dapat dikatakan berhasil.
            Mekanisme Mengingat pada Tikus



Sistem Perceptual
 

Sistem motorik
 


Gambar 3. Skema model neural sederhana
 
 



Stimulus berupa makanan akan mengaktivasi sirkuit neural yang mendeteksi kehadiran stimulus tersebut. Sirkuit neural selanjutnya akan mengontrol perilaku tertentu dari hewan sebagai respon dari stimulus yang ditangkap. Respon tersebut dalam hal ini adalah perilaku memasuki lengan-lengan labirin. Ketika tikus memasuki lengan labirin yang benar (lengan2, 4, dan 5), dia akan mendapatkan makanan. Pemerolehan makanan ini selanjutnya akan berfungsi sebagai stimulus penguatan bagi sistem penguatan memori tikus untuk semakin mengontol perilaku tikus, dapat berupa penyempitan area lengan yang harus dijelajahi, atau pengunjungan tikus pada lengan tertentu secara lebih sering. Proses perubahan perilaku tersebut dapat dijelaskan pada tabel prosentase kunjungan tikus. Pada sesi terakhir (no 6), jika dibandingkan dengan beberapa sesi sebelumnya (no 4 dan 5), terjadi penyempitan area lengan yang dikunjungi, yakni lengan 1 dan 8 di”eliminasi” oleh tikus sehingga tidak lagi dikunjungi.
Selain stimulus makanan, stimulus visual berupa situasi eksternal dan internal lingkungan labirin juga mempengaruhi ingatan tikus. Stimulus akan mengakibatkan terbentuknya sinaps-sinaps baru, mengenai lokasi lengan yang berisi makanan. Tikus dapat mengingat tempat karena di bagian hippocampal-nya terdapat “place cells” yaitu suatu neuron-neuron yang menjadi aktif ketika hewan berada lokasi tertentu. Ketika tikus mengeksplorasi labirin delapan lengan, place cells merespon dengan menentukan tempat yang dihubungkan dengan objek yang berada di luar lingkungan labirin. Sel neuron tetap menjaga jaras hubungan antar stimulus dalam lingkungan yang menetapkan lokasi hewan tersebut berada. Jaringan neuron tersebut juga menerima info dari pergerakan hewan (tikus). Dapat dikatakan bahwa mekanisme ini menyebabkan tikus mampu membuat semacam “peta” yang digunakan untuk memetakan lengan-lengan yang berisi makanan. Ketika tikus kemudian menemukan kembali lengan yang berisi makanan, “peta” akan digunakan kembali, sehingga memperkuat sinaps-sinaps yang sebelumnya telah dibentuk. Demikian selanjutnya sehingga tikus yang digunakan pada penelitian ini akhirnya mampu mengumpulkan makanan dengan lebih efektif, yaitu dengan lebih banyak mengunjungi lengan yang berisi makanan daripada lengan yang tidak berisi makanan.


BAB V
SIMPULAN DAN SARAN

A.    Simpulan
Berdasarkan pembahasan yang telah dilakukan , dapat disimpulkan bahwa:
1.      Terjadi peningkatan daya ingat tikus terhadap tempat setelah dilakukan 6 sesi percobaan dengan labirin delapan lengan. Peningkatan tersebut dapat dilihat dari % kunjungan benar melebihi indikator, yaitu 84,78% >70%.
2.      Ingatan yang ada pada tikus adalah ingatan spasial, dimana tikus dapat mengingat lokasi lengan-lengan yang berisi makanan.
3.      Ingatan terjadi karena adanya penguatan sinaptik pada sinaps-sinaps yang telah dibentuk sebelumnya.
4.      Hipokampus berperan dalam mekanisme mengingat, salah satunya dalam proses mengingat tempat, karena di dalamnya terdapat “place cells
B.     Saran
Saran yang dapat diberikan oleh penulis berdasarkan penelitian yang telah dilakukan di peroleh fakta bahwa tikus memberikan respon berupa peningkatan daya ingat tikus terhadap tempat. Selanjutnya untuk pengembangan penelitian ini, disarankan untuk menambah waktu penelitian, sehingga dapat diperoleh hasil yang lebih baik. Selain itu, perlu dilakukan penelitian lain yang meneliti faktor-faktor yang mempengaruhi respon tikus tersebut.













DAFTAR PUSTAKA

www.scribd.com/doc/79540437/bab-1 pengantar psikologi faal akses di akses tanggal 5 Mei 2012 pukul 12.30
Carlson, Neil.R. 2004. Physiology of Behavior (8 ed.). Boston: Pearson Allyn and Bacon.
Guyton, Arthur C., dan John E. Hall. 1997.   Buku Ajar Fisiologi Kedokteran (ed. 9). Penerjemah Irawati Setiawan. Jakarta: EGC.
Parker, Steve. 2009. Ensiklopedi Tubuh Manusia. Jakarta: Erlangga.
Olton, David. S, dan Robert J. Samuelson. 1976. Remembrance of Passed: Spatial Memoty in Rats. Journal of Experimental Psychology: Animal Behavior Processes. Vol. 2 (2): 97-116.
Irwanto. 1991. Psikologi Umum. Jakarta: PT. Gramedi Pustaka Utama



Olton dan Samuelson (1976) merencanakan sebuah tugas yang membuat tikus mengingat tempat yang telah mereka lalui. Peneliti menempatkan tikus pada sebuah platform sirkuler yang memiliki 8 lengan, yang tersusun secara radial seperti ruji pada roda. Seperangkat alat tersebut diletakkan di atas tempat yang cukup tinggi dari lantai, sehingga tikus tidak akan melompat ke lantai. Sebelum menempatkan tikus pada tengah platform, penguji meletakkan makanan pada ujung setiap lengan. Tikus dikondisikan dalam keadaan lapar tentunya, diijinkan untuk mengeksplorasi lengan-lengan dan memakan makanan. Tikus akan segera belajar untuk mendapatkan kembali makanan secara lebih efisien, memasuki setiap lengan hanya sekali. Setelah mencoba 20 kali, kebanyakan tikus tdak memasuki lengan yang makannya telah mereka ambil. Pembelajaran selanjutnya menunjukkan bahwa tikus dapat melakukan dengan baik bahkan ketika mereka dicegah untuk mengikuti langkah yang tepat dalam mengunjungi lengan-lengan tersebut. Dengan demikian, mereka harus mengingat tempat yang pernah mereka kunjungi, tidak hanya mengikuti pola respon yang sama setiap waktu. Kontrol prosedur pada beberapa studi menunjukkan kemungkinan bahwa tikus secara sederhana hanya mencium baunya sendiri pada lengan yang telah mereka kunjungi.
Perangkat labiri 8 lengan tersebut, menggunakan kapasitas behavioral yang berkembang baik pada lokasi yang berbeda-beda setiap harinya. Dengan demikian mereka harus bisa a menemukan jalan disekitar lingkungannya secara efisien, tidak tersesat, dan tidak segera mengunjungi kembali tempat mereka menemukan makanan sebelumnya. Tentunya mereka harus belajar tempat mana di sekitar lingkungan yang sekiranya terdapat makanan dan adakalanya mereka mengunjungi tempat tersebut. Meskipun kedua kemampuan ini mungkin muncul untuk memenuhi fungsi otak yang sama, mereka tidak melakukannya. Mari mengenal, kemampuan untuk menghindari pengunjungan kembali tempat makanan yang baru saja ditemukan. Olton dan koleganya menemukan bahwa penjejasan pada hippocampus, fornix, atau korteks entorhinal sangat merusak kemampuan tikus tersebut dalam mengunjungi labirin lengan 8 secara efisien. Faktanya, penampilan sesudah pembedahan mereka mencapai level yang berbeda. Mereka bertindak seperti tidak memiliki ingatan tentang lengan yang telah mereka masuki sebelumnya. Mereka dengan segera mengumpulkan semua makanan, namun hanya setelah memasuki beberapa lengan berulang kali.
Masalahnya bukanlah bahwa tikus tidak dapat membedakan ke 8 lengan labirin, tentu saja mereka bisa. Tikus dengan penjejasan fornix (merusak fungsi hipocampus) dapat mengingat bahwa lokasi partikular ada makanan atau tidak. Tipe ingatan ini diperoleh melalui belajar stimulus respon, yang analog dengan ingatan non deklaratif. Olton dan papas mendemonstrasikan perbedaan antara ingatan implisit dan eksplisist dlm sebuah eksperimen. Mereka melatih tikus dalam labirin 17 lengan yang radial. Sebelum masing-masing sesi dari 8 lengan labirin diumpankan dengan makanan, sementara 9 lengan yang lain tidak diumpan dengan makanan. Meskipun tikus dengan penjejasan fornix mengunjungi lengan berumpan secara acak, gagal untuk menghindar mengunjungi lengan yang makanannya sudah dimakan. Tikus mengingat untuk menjauh dari 9 lengan yang tidak pernah mengandung makanan. Mereka rupanya tidak dapat mengingat dimana mereka baru saja berada, tetapi mereka dapat mengingat secara reguler lokasi mana yang mengandung makanan.
Hasil ini dijelaskan dalam hubungannya dengan memori relational. Setiap set percobaan, dapat dilihat sebagai sebuah episode yang terpisah selama hewan memasuki lengan dalam urutan secara khusus. Studi dengan labirin 17 lengan membuktikan bahwa tikus dengan penjejasan fornix tidak memiliki masalah mengingat hubungan antara lengan khusus serta ada atau tidaknya makanan. Tetapi, tugas pada labirin 8 lengan lebih rumit daripada itu,  tikus harus mengingat di mana dia berada pada hri itu. Bagaimanapun juga, ingatan eksplorasi hari ini, harus dijaga terpisah dari ingatan ekplorasi kemrin dan seteerusnya. Jika kita berfikir pada masing-masing percobaaan pada hari tertentu sebagai bagian yang terpisah, kita dapat melihat kesamaan pada kemampuan manusia untuk mengingat sarapan hari ini tanpa dibingungkan oleh sarapan yang kemarin atau hari2 sebelumnya. Tentu saja tikus tidak bicara padda kita tentang apa yang mereka ingat, tetapi, perilaku mereka memberi kesan bahwa, tanpa fungsi sistem hipocampus mereka tidk dapat kelurusan episode. Dalam kasus ini, semua episod mengambil tempat dalam lokasi yang sama. Jadi, masalah dari stimulus kontekstual adalah waktu.
 

Tags

Posting Komentar

0Komentar

Please Select Embedded Mode To show the Comment System.*

#buttons=(Accept !) #days=(20)

Ilmu dalam website ini berguna? Learn More
Accept !